
Ukraina Ungkap Dukungan yang Diperlukan dari RI, Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan "Operasi Khusus Militer" di Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu. Setahun kemudian, perang yang merugikan tersebut belum juga mereda, bahkan sejumlah ketegangan justru makin meningkat.
Ini bukan pertama kalinya Rusia menyerang Ukraina. Sembilan tahun lalu, Rusia berhasil menganeksasi atau mengambil paksa wilayah keseluruhan Semenanjung Krimea yang berada di wilayah Ukraina.
Dalam kunjungan ke Indonesia, Perwakilan Tetap Presiden Ukraina untuk Republik Otonom Krimea, Tamila Tasheva, menyebut tengah mencari dukungan untuk mendukung perjuangan masyarakat Krimea yang mayoritas Muslim Tatar untuk melawan "penjajahan" dari Kremlin.
"Tentu saja (kami memerlukan) dukungan politik... kami membutuhkan lebih banyak dukungan kemanusiaan karena kami memahami agar koalisi Indonesia seimbang. Kami memiliki banyak masalah dalam kepentingan," kata Tamila dalam wawancara bersama CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (2/3/2023).
"Kami sangat membutuhkan dukungan Indonesia," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Platform Krimea (Crimea Platform/CP), Vadym Halaychuk juga menyebut hal senada.
"Faktanya, diplomat (Indonesia) yang kami temui, mereka bersusah payah untuk melakukan perjalanan ke Ukraina beberapa bulan yang lalu, dan mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri, apa yang terjadi (di Ukraina)," ungkap Halaychuk.
"Jadi kami melakukan diskusi yang sangat bermanfaat tentang apa yang dapat dilakukan oleh keterlibatan pemerintah Indonesia," tambahnya.
Halaychuk berharap dukungan Indonesia akan berlanjut, tak hanya dari pemerintahan tetapi juga dari bisnis Indonesia yang dikatakannya dapat memasok bantuan kemanusiaan tertentu.
"Ukraina ingin membeli peralatan yang diproduksi di sini, di Indonesia. Jadi menurut saya kontrak itu sangat produktif," pungkasnya.
Sebelumnya Tamila telah melakukan pertemuan dengan organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah, PBNU, MUI. Ia juga menemui akademisi kampus-kampus di Yogyakarta, dan terakhir menggelar jumpa pers di Jakarta.
Sama seperti Tamila, Halaychuk juga menyebut telah mengadakan pertemuan dengan pemerintah daerah serta komunitas intelektual di beberapa universitas.
(luc/luc)
Next Article Rusia 'Hajar' Drone Misterius di Sevastopol, Punya Ukraina?