Sri Mulyani Bilang AS Lolos dari Resesi 2023, RI Gimana?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
03 March 2023 11:25
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Economic Outlook 2023 dengan tema
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Economic Outlook 2023 dengan tema

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan terkini mengenai ekonomi global datang dari perekonomian di Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan tidak akan mengalami resesi ekonomi. Lantas, bagaimana dengan ekonomi Indonesia?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dalam pertemuan G20 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di India, dirinya sempat melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Dalam kesempatan itu, kata Sri Mulyani dijelaskan, bahwa inflasi di AS sudah menurun pada kisaran 6%, namun tetap pada level yang sangat tinggi dibandingkan dengan target mereka yang menginginkan untuk inflasi bisa pada level 2%.

"Kita bicara 6%, memang lebih baik, turun di bawah 9%, tapi there is still 6% gitu," jelas Sri Mulyani dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2023 beberapa hari lalu, dikutip Jumat (3/3/2023).

Pun, menurut pandangan Janet Yellen, ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut tidak slowing down karena suku bunganya sudah tinggi pada kisaran 5%.

Kenyataannya yang terjadi, suku bunga tinggi dan menimbulkan reaksi di capital market, aliran dana dari berbagai negara justru mengalir deras ke AS. Sehingga ekonomi di AS masih tumbuh tinggi.

Hal ini yang kemudian membuat pertumbuhan ekonomi di AS terhindar dari resesi.

"Saya juga tanya sama Janet Yellen mengenai fenomena ini dan memang mengatakan bahwa on the good side dikatakan soft landing itu kemungkinan bisa dicapai," jelas Sri Mulyani.

"Soft landing itu artinya inflasinya bisa turun without creating resesi. Karena selama ini kan orang khawatir dengan suku bunga tinggi, akan terjadi hard landing yaitu resesi akan cukup dalam," kata Sri Mulyani lagi.

Dengan demikian, kata Sri Mulyani jika AS kemudian tidak mengalami resesi, maka ini adalah kabar baik, bahwa artinya ekonomi dunia tidak akan terlalu buruk.

Lantas, bagaimana dengan ekonomi Indonesia?

Berkaca dari tahun 2022, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia cukup tangguh. Di mana pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu mencapai 5,3% (year on year).

"We are good we are resilience pada saat pressure begitu besar dan bank sentral semua negara menaikkan suku bunga, termasuk kita. Tapi ekonomi kita tumbuh 5,3%, ekspor kita masih bagus, surplus 3 kali lipat dari tahun 2021," jelas Sri Mulyani.

Pun pada awal tahun 2023, kinerja APBN telah mencatatkan surplus sebesar Rp 90,8 triliun atau setara 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pendapatan negara tercatat Rp 232,2 triliun dengan belanja negara sebesar Rp 141,4 triliun. "Penerimaan negara kita tumbuh 48% sampai dengan Januari 2023, ini dalam situasi semua mengatakan dunia gelap dan dunia situasinya tidak baik-baik saja," jelas Sri Mulyani.

Artinya perkembangan ekonomi di awal tahun ini, kata Sri Mulyani merupakan landasan untuk terus optimis, dan ekonomi Indonesia memiliki daya tahan yang kuat.

Adapun konsumsi sampai dengan Januari tercatat, Indeks Kepercayaan Konsumen masih sangat tinggi, mencapai 128. Pada Maret 2023 juga sudah masuk Ramadhan. Sehingga konsumsi masyarakat akan meningkat.

"Pemerintah nanti akan mengumumkan THR, ini akan menimbulkan bullish sentiment terhadap konsumen. Inflasi harus kita watch terutama dari bahan makanan," ujarnya.

"Jadi ini menunjukkan Indonesia quite good in terms of ability to perform, dari sisi mengendalikan harga dibandingkan negara lain yang hanya mengandalkan kenaikan suku bunga dari bank sentral. Dan kita masih 2023 ini dengan optimisme," kata Sri Mulyani lagi.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk dari AS, Dunia Genting?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular