
China Darurat Populasi, Hamil di Luar Nikah Bakal Diizinkan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda dampak resesi seks di China makin menggila. Terbaru, anggota badan penasehat politik China mendesak proposal untuk meningkatkan angka kelahiran negara itu.
Pendidikan perguruan tinggi gratis dan persamaan hak bagi wanita yang belum menikah termasuk di dalam proposal tersebut.
Proposal sendiri muncul jelang Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC) yang dimulai pada 4 Maret mendatang. Pertemuan setahun sekali itu sebagian besar tumpang tindih dengan Kongres Rakyat Nasional (NPC).
"China harus menghapus pembatasan status perkawinan yang digunakan untuk mendaftarkan bayi baru lahir, memungkinkan wanita yang belum menikah untuk menikmati layanan kesuburan seperti yang dilakukan wanita yang sudah menikah," kata Xie Wenmin, anggota badan penasehat politik China, kepada Global Times, dikutip Reuters Kamis (2/3/2023).
Aturan pemerintah saat ini mendikte hanya wanita menikah yang diizinkan secara hukum untuk melahirkan. Namun, beberapa provinsi, seperti provinsi Sichuan di barat daya China, mulai mengizinkan para lajang untuk memiliki anak sejak Februari.
Populasi China yang menyusut mendorong pihak berwenang untuk meluncurkan insentif dan langkah untuk meningkatkan populasi termasuk memperluas cuti melahirkan, tunjangan keuangan dan pajak untuk memiliki anak serta subsidi perumahan.
"Cuti ayah juga harus ditingkatkan agar laki-laki berbagi tanggung jawab mengasuh anak," kata anggota CPPCC Gan Huatian.
Delegasi CPPCC Zhao Dongling melalui sebuah proposal yang menjadi salah satu trending topik teratas di platform media sosial China, Weibo, mengatakan keluarga yang memiliki anak ketiga yang lahir setelah 2024 harus mendapatkan pendidikan perguruan tinggi gratis.
Beberapa provinsi telah mengubah peraturan mereka untuk meningkatkan angka kelahiran. Jilin di China timur laut, yang memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di negara itu, mengubah aturannya pada 2002 untuk mengizinkan wanita lajang mengakses IVF tetapi hal itu berdampak kecil dengan praktik yang masih dilarang secara nasional.
Lu Weiying, anggota badan penasehat politik China, mengatakan akan mengusulkan untuk mengizinkan wanita yang belum menikah mengakses pembekuan telur untuk menjaga kesuburan mereka dan memasukkan perawatan infertilitas dalam sistem asuransi kesehatan masyarakat. Saat ini IVF dan pembekuan sel telur di China dilarang untuk wanita yang belum menikah.
Adapun, sembilan dari 10 negara terpadat di dunia mengalami penurunan kesuburan, tingkat kesuburan China 2022 sebesar 1,18 adalah yang terendah dan jauh di bawah standar OECD 2,1 untuk populasi yang stabil. China belum secara resmi merilis data kesuburannya untuk tahun 2022.
Sebagian besar penurunan demografi China adalah akibat dari kebijakan satu anak China yang diberlakukan antara tahun 1980 dan 2015 serta tingginya biaya pendidikan. Tahun lalu, China mencatat tingkat kelahiran terendah, yaitu 6,77 kelahiran per 1.000 orang.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dibayangi Efek Resesi Seks, China Siapkan Langkah 'Darurat'