Catat! 4 Penyakit Ini Bikin BPJS Kesehatan 'Nombok'

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
02 March 2023 21:15
Keterangan Pers Menteri Terkait Rapat Terbatas, Kantor Presiden, 25 Agustus 2022 Foto: Keterangan Pers Menteri Terkait Rapat Terbatas, Kantor Presiden, 25 Agustus 2022.

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan terdapat empat penyakit yang paling banyak ditombok atau dibiayai oleh BPJS Kesehatan.

Suharso menjelaskan, dalam setahun terakhir terdapat peningkatan pelayanan penyakit katastropik atau penyakit yang membutuhkan perawatan medis yang lama dan berbiaya tinggi.

Penyakit yang termasuk dalam pengelompokan katastropik pada Program JKN antara lain penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, sirosis hati, thalasemia, leukimia, dan hemofilia.

"Meskipun insidennya tidak terlalu tinggi, ada empat penyakit dengan beban BPJS terbesar," jelas Suharso saat memberikan keterangan pers terkait hasil Sidang Kabinet Paripurna di Istana, Kamis (2/3/2023).

Suharso merinci, BPJS Kesehatan telah membiayai pengobatan pasien dengan penderita jantung sebesar Rp 10,3 triliun, kanker sebesar Rp 3,5 triliun, storke sebesar Rp 2,5 triliun, dan gagal ginjal sebesar Rp 2,3 triliun.

Adapun kata Suharso, untuk pembiayaan pengobatan kanker, pasien terbanyak dialami oleh pasien perempuan.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diminta, agar rumah sakit di Indonesia bisa berinvestasi untuk menambah jumlah alat mammografi untuk bisa melayani masyarakat penderita kanker payudara di Indonesia.

Mammografi atau mammogram adalah tes pemindaian untuk menangkap gambar jaringan payudara dengan sinar-X. Pemeriksaan medis ini digunakan untuk mendeteksi lebih dalam kelainan pada payudara.

Lewat mammografi, dokter bisa mengetahui ada tidaknya tumor, kanker, kista, atau penumpukan kalsium pada jaringan payudara.

Seperti diketahui, kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita/perempuan di tanah air. Berdasarkan data Global Cancer Observatory tahun 2020, jumlah pasien kanker payudara di Indonesia mencapai 68.858 kasus.

Namun, kebanyakan pasien kanker payudara di Indonesia baru terdeteksi pada stadium lanjut atau stadium 3-4. Hal ini terbukti dari data tahun 2020 milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang menemukan bahwa sebanyak 60% hingga 70% kanker payudara didiagnosis pada stadium lanjut.

Padahal sebenarnya kanker payudara bisa diatasi dan ditangani hingga sang pasien sembuh, dan bisa tertangani dengan baik jika masih terdeteksi stadium 1 atau 2.

Pemerintah mencatat, dari 3.000 rumah sakit di Indonesia hanya 200 diantaranya yang memiliki alat mammografi.

"Disepakati Kemenkes akan membelikan alat mammografi, sehingga ibu-ibu di Indonesia bisa dapat pelayanan pemeriksaan lebih awal," jelas Suharso.

"Karena kalau kanker ini masih stadium 1-2 masih bisa ditangani, tapi kalau 3-4 amat berat," kata Suharso lagi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Cek Iuran BPJS Kesehatan Berlaku 5 Oktober 2022


(cap/cap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading