Internasional

Dibayangi Efek Resesi Seks, China Siapkan Langkah 'Darurat'

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 28/02/2023 19:23 WIB
Foto: Warga mengenakan masker untuk menekan penyebaran Covid-19 di Shanghai, China (24/11/2021). (REUTERS/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bayang-bayang resesi seks makin menggila, terutama di China. Guna mengantisipasi hal tersebut, seorang anggota badan penasehat politik China akan mengusulkan perizinan wanita lajang yang belum menikah mengakses pembekuan sel telur.

Istilah 'resesi seks' secara spesifik mengacu pada turunnya mood pasangan melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak. Pada akhirnya, resesi seks bisa berimbas pada penurunan populasi suatu negara, karena kondisi rendahnya angka perkawinan dan keengganan untuk berhubungan seks.

Adapun, pembekuan sel telur dilakukan sebagai langkah untuk menjaga kesuburan para wanita setelah populasi negara itu terjun bebas tahun lalu untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Hal itu diungkapkan Lu Weiying, anggota badan penasehat politik China.


Lu, yang juga seorang dokter kesuburan di provinsi Hainan selatan, mengatakan kepada negara dia juga akan mengusulkan untuk memasukkan perawatan infertilitas dalam sistem asuransi kesehatan masyarakat pada Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC) yang akan dimulai pada 4 Maret mendatang.

"Memberi wanita lajang akses untuk membekukan sel telur mereka memungkinkan mereka mengawetkan sel telur sebelum melewati masa reproduksi puncaknya. Wanita itu masih perlu menikah jika dia ingin menggunakan sel telur bekunya dan hamil di masa depan," katanya kepada Global Times, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (28/2/2023).

Saat ini, perawatan kesuburan seperti fertilisasi in vitro (IVF) dan pembekuan sel telur di China dilarang untuk wanita yang belum menikah.

Rekomendasi Lu datang ketika pihak berwenang mencoba untuk meningkatkan angka kelahiran yang goyah, meski sudah mengerahkan berbagai insentif termasuk memperluas cuti melahirkan, tunjangan keuangan dan pajak untuk memiliki anak serta subsidi perumahan.

Beberapa provinsi telah mengubah peraturan mereka untuk meningkatkan angka kelahiran. Jilin di China timur laut, yang memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di negara itu, mengubah aturannya pada 2002 untuk mengizinkan wanita lajang mengakses IVF tetapi hal itu berdampak kecil dengan praktik yang masih dilarang secara nasional.

Sementara itu, sembilan dari 10 negara terpadat di dunia mengalami penurunan kesuburan. Tingkat kesuburan China 2022 sebesar 1,18 adalah yang terendah dan jauh di bawah standar OECD 2,1 untuk populasi yang stabil. Adapun, China belum secara resmi merilis data kesuburannya untuk 2022.

Sebagian besar penurunan demografi China adalah akibat dari kebijakan satu anak China yang diberlakukan antara tahun 1980 dan 2015 serta tingginya biaya pendidikan. Tahun lalu, China mencatat tingkat kelahiran terendah, yaitu 6,77 kelahiran per 1.000 orang.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan