Ekspor Ditutup Juni 2023, Begini Nasib Freeport..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 24/02/2023 17:28 WIB
Foto: Chairman of the Board and Chief Executive Officer Freeport-McMoran, Richard C. Adkerson di acara Orasi Ilmiah Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang di selenggarakan oleh Kementerian Investasi/BKPM dan PT Freeport Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen melarangan kegiatan ekspor bijih bauksit dan juga tembaga pada Juni 2023 ini. Oleh karena itu, perusahaan seperti PT Freeport Indonesia (PTFI0 diminta untuk segera menuntaskan pembangunan hilirisasi atau smelter.

Menurut Menteri Arifin kebijakan larangan ekspor sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Oleh sebab itu, ia berharap agar proyek smelter yang berada di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu dapat segera tuntas sebelum Juni 2023.


"Kalau gak kelar ya tadi, ya gak bisa ekspor ya makanya dikelarin," ujar Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (24/2/2023).

Arifin menyebut bahwa kemajuan fisik pembangunan proyek smelter PTFI sendiri hingga saat ini telah di atas 50'%. Namun demikian, PTFI telah mengajukan rencana izin ekspor konsentrat tembaga untuk tahun ini sebesar 2,3 juta ton.

"Itu kan baru ajuan, keinginan. Nanti kan kita evaluasi, apa dasarnya, ini aturannya ada ini. Belum tahu ini di mineral, tapi kan kalau dari mineral kan diproses di sana kan tinggal 'pak ini boleh apa engga, aturannya gimana?," katanya.

Sebelumnya, PT Freeport Indonesia menyatakan bakal mengekspor konsentrat tembaga sebesar 2,3 juta ton pada tahun ini. Hal tersebut menyusul Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) yang telah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan persetujuan ekspor diberikan lantaran belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter).

Tony menjelaskan berdasarkan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang didapatkan pada 21 Desember 2018 lalu, PTFI seharusnya merampungkan pembangunan proyek smelter tembaga selama lima tahun sejak IUPK diberikan yaitu hingga 21 Desember 2023.

Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada pengerjaan proyek, perusahaan akhirnya mengajukan perubahan kurva-S kepada Kementerian ESDM. Adapun, hingga Januari secara kumulatif kemajuan fisik proyek smelter telah mencapai 54% atau melampaui rencana kurva-S yang telah disetujui pemerintah sebelumnya 52,9%.

"Berdasarkan Kurva S inilah diberikan persetujuan ekspor yang di tahun 2022 itu 2 juta dan di RKAB kami di 2023 yang sudah disetujui oleh Kementerian ESDM termasuk ekspor sebanyak 2,3 juta ton konsentrat disetujui dalam RKAB tersebut," ujar Tony dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, dikutip Selasa (7/2/2023).

Meski demikian, Tony mengakui izin ekspor konsentrat tembaga saat ini masih berproses di Kementerian Perdagangan. Perusahaan masih menanti verifikasi perkembangan proyek smelter yang akan dilakukan oleh verifikator independen atas pencapaian progres smelter sebesar 51,7 persen per Desember 2022.

"Sekarang sedang diverifikasi oleh verifikator independen, begitu selesai minggu kedua atau minggu ketiga bulan ini, kita akan segera menyampaikan aplikasi persetujuan ekspor untuk periode selanjutnya dengan dasar verifikasi independen dan juga RKAB tersebut," kata dia.

Selain itu, Tony membeberkan bahwa progres pembangunan smelter Manyar sudah menyerap realisasi investasi sebesar US$ 1,78 miliar. Adapun untuk seluruh tiang pancang juga sudah selesai terpasang dan pekerjaan beton smelter dan instalasi baja juga sudah dilakukan.

Melalui proyek ini, setidaknya PTFI bakal menyerap 13.000 pekerja yang terdiri dari 98 persen merupakan pekerja asli Indonesia dan 50 persen diantaranya adalah tenaga kerja lokal dari Jawa Timur.

Selain membangun smelter yang akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi produk 600 ribu ton katoda tembaga per tahun, PTFI juga melakukan pembangunan Precious Metal Refinery (PMR). Nantinya PMR akan mengolah lumpur anoda menjadi produk emas dan perak batangan 6000 ton per tahun.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Siapkan Pabrik Solder, Stania Gandeng Freeport Wujudkan Hilirisasi