Kabar Buruk! Pekerjaan 'Berkualitas' di RI Terus Turun

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
Selasa, 21/02/2023 07:00 WIB
Foto: Ilustrasi aktifitas pekerja kantor (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi tenaga kerja suatu negara memiliki peranan penting dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonominya. Ironisnya, meskipun kuantitas tenaga kerja di Indonesia tergolong banyak, namun jika dilihat dari kualitasnya ternyata tingkat produktivitas tenaga kerja di Indonesia kian menurun.

Demikian disampaikan Peneliti Senior CSIS Haryo Aswicahyono dalam Media Briefing Tinjauan Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Pembayaran Indonesia dalam Menghadapi Ketidakpastian Global, Senin (20/2/2023).

"Tenaga kerja itu juga meningkat kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi, yang paling mengkhawatirkan adalah produktivitasnya terus menurun dari tahun ke tahun dan paling rendah di tahun 2015-2019," terang Haryo.


"Jadi ini mengapa sumbangan tenaga kerja meningkat tapi dalam bentuk jumlah buruhnya, sementara kualitasnya, human capitalnya, pendidikannya, di paper yang saya kutip itu menurun," lanjutnya.

Haryo menilai, terjadinya penurunan tingkat produktivitas ini didorong oleh minimnya pekerjaan berkualitas di Indonesia. Pekerjaan berkualitas adalah pekerjaan dengan produktivitas tenaga kerja menengah sampai tinggi. Padahal menurutnya, semakin banyak pekerjaan berkualitas itu akan juga mampu meningkatkan kesejahteraan dari pekerja itu sendiri.

"Jika pasar tenaga kerja bekerja dengan baik, tidak terlalu terdistorsi oleh regulasi, maka produktivitas tenaga akan berkorelasi dengan upah dan berkorelasi dengan tingkat pendidikan," jelasnya.

Namun, rendahnya pekerjaan berkualitas di Indonesia terjadi bukan tanpa alasan. Ia menguraikan dalam dua sisi, yakni dari sisi permintaan karena sektor jasa lebih mendominasi, sedangkan dari sisi penawaran karena sumber daya manusia Indonesia masih sedikit sekali yang mampu bekerja di sektor pekerjaan berkualitas.

Dari sisi permintaan, menurut Haryo, hal ini diakibatkan oleh perubahan struktur pekerjaan yang terjadi sejak 2011. Dimana, terjadi pergeseran tren pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor jasa. Sayangnya, pekerjaan di sektor jasa yang ada di Indonesia saat ini didominasi oleh jasa yang berkualitas rendah, seperti perdagangan dan transportasi. Alhasil, hal ini menyebabkan rendahnya ketersediaan lapangan kerja yang berkualitas tinggi.

"Seandainya, (dulu) terjadinya pindah ke manufaktur atau paling tidak manufakturnya bisa menyediakan lapangan kerja yang lumayan high quality job dan kemungkinan besar kan lebih bisa meningkatkan produktivitas pekerja, karena manufaktur itu produktivitasnya jauh lebih tinggi dari jasa dan pertanian," jelasnya.

Menurutnya, untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu membuat sektor jasa itu tidak lagi restriktif atau dalam kata lain lebih diliberalisasi sehingga akan masuk investasi ke sektor jasa dan hal ini dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dari sektor jasa tersebut. Selain itu, permasalahan permintaan ini juga dapat diatasi dengan mendiversifikasi sektor manufaktur yang selama ini hanya tersentral di pertambangan saja.

"Manufakturnya jangan terlalu terkonsentrasi ke sektor mining karena itu high quality job tapi hanya untuk yang sangat high skill, sehingga kurang menyerap tenaga kerja," lanjutnya.

Selain itu, dari sisi penyediaan tenaga kerja, Haryo mengatakan pemerintah harus terus memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia yang berfokus pada peningkatan kemampuan yang dapat mengisi posisi-posisi pada pekerjaan dengan produktivitas tinggi. Ia menilai, meskipun dana pendidikan di APBN sebesar 20% dampaknya masih belum terlalu signifikan terhadap perubahan pendidikan di Indonesia.

Oleh karena itu, ia mendorong agar pemerintah berfokus pada penciptaan sumber daya manusia unggul yang paling tidak memenuhi ambang batas minimal dari sisi kuantitas sebagaimana di negara maju. Dengan demikian, Indonesia nantinya dapat berkompetisi di level dunia.

"Jadi pendidikan sudah mendapat suntikan 20% APBN tapi kenaikannya tidak terlalu signifikan. Diperlukan juga suatu threshold poin untuk yang high skill, LPDP sudah benar arahnya kalau ditujukan untuk memenuhi threshold supaya kita bisa compete di dunia. Suatu negara perlu tenaga terdidik yang cukup untuk bisa compete di dunia," pungkasnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemenaker Bersiap Hadapi PHK Akibat Perang Iran Vs Israel