RI Kalah di WTO, Jokowi Siap Maju hingga Tetes Darah Terakhir
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar kekalahan Indonesia atas gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) terkait larangan ekspor nikel telah tersebar luas.
Adapun, kekalahan atas gugatan tersebut terjadi lantaran industri hilir di Indonesia dianggap belum matang.
WTO menilai suatu negara yang melarang ekspor secara total suatu komoditas, maka industri di negara yang ditopang oleh komoditas tersebut harus benar-benar berkembang terlebih dahulu.
Sementara industri hilir nikel yakni besi di Indonesia dinilai masih belum berkembang. Atas keputusan ini Presiden Joko Widodo telah mengambil sikap.
Presiden menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur terkait dengan hilirisasi, meskipun Indonesia telah kalah dalam sidang di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.
"Hilirisasi industri meskipun tantangan juga tidak mudah, tetapi akan kita teruskan. Kita tidak akan berhenti," tegas Jokowi dalam Pelantikan Badan Pengurus Pusat Hipmi Masa Bakti 2022-2025, Senin (20/2/2023).
"Meskipun digugat, tidak akan berhenti. Sekali lagi tidak akan berhenti. Kita akan terus!" lanjutnya.
Dia memastikan bahwa rencana penyetopan ekspor bauksit, tembaga, timah dan emas mentah akan terus berlanjut.
"Karena saya pastikan semuanya akan kita stop, kita stop, kita stop!" tegasnya.
Ekspor bijih bauksit mentah akan disetop pada Juni 2023. Kemudian, disusul oleh penghentian ekspor tembaga.
Tidak hanya itu, dia juga berambisi untuk menyetop ekspor emas mentah. Belum ada kepastian waktu pelaksanaan, tetapi niat Jokowi sudah bulat.
"Karena kita inginkan adalah nilai tambah, meskipun kita sekarang dalam proses banding digugat WTO. Tetap akan terus, jangan sekali-sekali kita belok, kita takut karena nilai tambahnya sangat besar sekali," tegasnya.
Pemerintah telah mengajukan banding pada Desember 2022 lalu. Namun, pemerintah juga masih harus menunggu antrian untuk berproses di Badan Banding WTO, sehingga proses banding memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Indonesia sendiri masih berada di urutan 23-24 untuk banding di WTO.
(haa/haa)