
Benarkah RI Bukan 'Republik Pisang' Seperti Kata Pak Luhut?

- Banana Republic adalah julukan untuk kapitalisme negara atau sebuah negara salah urus akibat cengkeraman kuat investor asing pada elit-elit penguasa
- Sejumlah indikator ekonomi, seperti ketimpangan kaya-miskin, banyak kasus korupsi, kebijakan pemerintah yang sering berubah membuat persepsi asing bahwa Indonesia adalah Banana Republic sulit diubah.
- Sejumlah data seperti rasio gini, ketimpangan serapan tenaga kerja adalah pekerjaan rumah yang perlu segera dibenahi oleh pemerintah agar imej sebagai Banana Republic hilang.
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membuat pernyataan menarik saat berkunjung ke Australia National University belum lama ini. Pernyataan itu diketahui publik lewat unggahan video pada akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan. Kepada para pengajar, profesor dan peneliti Menteri Luhut bilang bahwa Indonesia bukan banana republic, atau arti letterlijk-nya republik pisang.
"We're not banana republic.Indonesia sudah jauh lebih berkembang daripada yang anda tahu sebelumnya," ujar Luhut dalam keterangan pada unggahan tersebut, Sabtu (18/2/2023). Ini bukan pertama kali mengemukakan terma Banana Republic. Maret tahun silam, Luhut juga mengatakan demikian kepada Bos Tesla Elon Musk.
"Saya bilang, 'Hey Anda itu dua tahun yang lalu sudah telepon saya mau bikin lithium baterai'. Anda semua mau mendikte, saya bilang, 'Hey you cannot do this. Today is different. Kita harus sama'. Saya bilang, 'Kamu nggakbisa begitu lagi. This country is not banana republic! This country is a great country!" ungkap Luhut, dikutip dari Antara, Jumat (25/3/2022).
Apa makna diksi Banana Republic itu? Ada dua pengertian umum dan khusus dari kata-kata tersebut. Jika menggunakan definisi kamus, seperti britannica.com, dictionary.cambridge.org dan Oxford, artinya adalah sebuah istilah untuk negara kecil, terutama di Amerika bagian selatan dan tengah, yang sangat miskin, banyak pihak yang korupsi, dan pemerintah mengatur negara dengan sangat buruk. Singkatnya, negara diperintah dengan elit-elit tertentu dalam sistem yang disebut oligarki.
Adapun makna khusus dan spesifik sebenarnya merujuk pada si penemu istilah banana republicitu sendiri. Istilah ini adalah terma atau nama dalam kajian ilmu politik yang dikemukakan penulis asal Amerika Serikat, O. Hendry pada 1904. Ia menggunakan terma itu untuk mendefinisikan Honduras dan sejumlah negara-negara tetangga yang kondisi politik dan ekonominya tidak stabil. Negara-negara itu dieksploitasi sedemikian rupa oleh korporasi-korporasi besar asing, dalam hal ini berasal dari AS.
Hendry menunjuk hidung eksploitasi perusahaan asal AS United Fruit Company (sekarang Chiquita) di Honduras yang mengandalkan komoditas utama pisang sebagai pemasukan negara dan pendapatan rakyatnya. Selain Honduras, juga ada Guatemala dimana hampir 65% lahan pertanian negeri itu dikuasai dinikmati oleh 2% orang atau korporasi tertentu.
Umumnya, menurut Henry ada sejumlah ciri-ciri yang melekat pada sebuah negara yang layak disebut republik pisang diantaranya; 1) memiliki struktur sosial yang sangat timpang, atau jurang si kaya dan si miskin cukup lebar. Biasanya jumlah kelas pekerja mendominasi populasi, sementara kekuasaan dikendalikan oleh kelas segelintir orang kaya, pemilik modal atau sistem plutokrasi yang terdiri dari elit bisnis, politik maupun militer. Arti dasar plutokrasi adalah 'ploutos' yang berarti kekayaan, dan 'kratos' yang berarti kekuasaan.
Ciri kedua, kelas penguasa itu kelas penguasa itu mengontrol sektor utama ekonomi melalui eksploitasi tenaga kerja. Ini juga bisa dimaknai bila kesejahteraan pekerja masih rendah, atau kue ekonomi suatu negara lebih banyak dinikmati sekelompok elit, dimana mereka bisa mengatur pemerintah.
Diksi paling mudah republik pisang adalah sebuah negara dengan sistem ekonomi kapitalisme negara, dimana kebijakan strategis negara dioperasikan sebagai perusahaan komersial swasta untuk keuntungan eksklusif kelas penguasa. Di negara seperti ini akan dijumpai korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela, mirip Orde Baru dimana suap menyuap adalah hal biasa.
Indonesia Republik Pisang?
Definisi yang cukup luas itu cukup merepotkan untuk dijadikan vonis apakah Indonesia itu banana republic.Namun, ada sejumlah indikator yang tampaknya bisa dijadikan parameter untuk melihat apakah Indonesia tidak pantas disebut banana republic,khususnya untuk klasifikasi jurang si kaya dan si miskin, yaitu rasio gini dengan membandingkannya dengan negara tetangga.
Dari data olahan World Economics menunjukkan rasio gini Indonesia termasuk buruk di kawasan Asia Pasifik. Nilainya sebesar 38,2 meskipun lebih baik dari China dan Malaysia. Lebih lebar jurang kaya-miskin dibandingkan Thailand, Vietnam dan negara kapitalis Singapura. Cara membaca rasio ini adalah skala 0-100, dimana angka 0 menunjukkan kesetaraan sempurna sementara 100 menggambarkan semua kekayaan dikuasai segelintir orang.
Ketimpangan juga bisa dilihat dari pasar tenaga kerja, yaitu angka-angka dominasi tenaga kerja terhadap sektor lapangan usaha. Porsi jumlah tenaga kerja di Indonesia pada umumnya didominasi oleh sektor pertanian (termasuk di dalamnya perikanan dan kehutanan), yaitu sebesar 30% dari total orang bekerja yang mencapai 135 juta. Padahal kue ekonomi atau kontribusi sektor ini hanya kebagian 12,4% dari PDB nasional. Artinya kue ekonomi sekecil itu diperebutkan oleh orang banyak.
Bandingkan dengan industri pengolahan atau manufaktur yang kue ekonominya paling besar, atau mendominasi PDB nasional pada 2022-dan cenderung sama dalam beberapa tahun terakhir. Kontribusi PDB manufaktur mencapai 18,3% dari total, namun persentase serapan tenaga kerjanya hanya 14%.
Apalagi, sektor pertambangan dan penggalian yang PDB nya hampir sama dengan pertanian, tetapi hanya mampu menyerap sekitar 1,35 juta jiwa pekerja atau satu persen. Dan uniknya Indonesia dijuluki negara penghasil komoditas tambang dunia, seperti juga Honduras dengan buah pisang tempo dulu.
Selanjutnya, dari sisi luas lahan tanam pertanian versus perkebunan juga bisa dilihat bagaimana keberpihakan dan ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Yakni perbandingan luas lahan tanam padi atau sawah yang umumnya dimiliki oleh petani perorangan, dengan luas lahan tanam perkebunan sawit yang dinikmati korporasi besar. Perbandingannya, luas lahan sawah hanya 7,46 juta hektar, jauh lebih kecil dibandingkan lahan perkebunan kelapa sawit yang seluas 16,8 juta ha.
Sementara itu, untuk ciri kedua mengenai eksploitasi tenaga kerja paling tidak bisa mengacu kepada upah minimum suatu negara. Menggunakan data Statistica, upah minimum di Indonesia mencapai US$307 atau sekitar Rp4,6 juta. Angka ini termasuk sedang di kawasan regional, karena lebih tinggi dari Thailand, Kamboja, Vietnam.
Namun, nampaknya data yang dikutip Statistica kurang tepat, lebih mengacu kepada Jakarta yang sebesar Rp4,9 juta, karena menurut Badan Pusat Statistik rata-rata upah minimum provinsi di Indonesia pada 2022 sebesar Rp2,7 juta, sehingga bila disetarakan dolar AS, maka Indonesia lebih rendah dari negara-negara tersebut.
Adapun data mengenai tingkat transparansi atau anti suap di Indonesia setidaknya bisa dibuktikan dengan indeks persepsi korupsi (IPK). Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD beberapa waktu lalu bercerita mengenai indeks persepsi korupsi (IPK) 2022 Indonesia yang turun dari tahun sebelumnya, dari 38 menjadi 34. Ini merupakan penurunan paling tinggi sepanjang sejarah reformasi Indonesia.
Skor IPK tersebut diberikan oleh lembaga Transparency International Indonesia (TII). IPK ini dihitung oleh Transparency International Indonesia dengan skala 0-100, dimana 0 artinya paling korup, sedangkan 100 artinya paling bersih. Total negara yang dihitung IPK adalah 180 negara. Jika turun skornya di tahun 2022, itu artinya tingkat korupsi di Indonesia semakin meningkat dibandingkan tahun 2021.
Sementara bila dibandingkan dengan negara tetangga, posisi Indonesia relatif menengah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Luhut Muncul di Istana, Terharu & Teteskan Air Mata!
