
Hilirisasi Jokowi: Dikritik, Diadili WTO dan Dipuji Nas Daily

Jakarta, CNBC Indonesia - Berulang kali, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan bahwa konsistensi hilirisasi merupakan kunci Indonesia untuk melompat dari negara berkembang menjadi negara maju.
"Saya hanya ingin mengulang lagi bahwa yang namanya hilirisasi itu menjadi kunci, konsistensi kita di dalam industrialisasi, hilirisasi menjadi kunci," ucap Jokowi, dikutip Senin (20/2/2023).
Dengan keteguhan ini, Jokowi menegaskan bahwa dia telah memerintahkan jajarannya untuk fokus melakukan hilirisasi. Presiden tidak ingin jajarannya takut untuk melakukan kebijakan hilirisasi, bahkan ketika gugatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Saya sampaikan kepada para menteri tiap rapat, jangan tengok kanan kiri, lurus terus hilirisasi. Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju bagi negara kita," ujarnya.
Tidak hanya nikel, Presiden akan mulai melakukan pelarangan ekspor bauksit mentah pada Juni mendatang. Kemudian, lanjutnya, menyusul tembaga. Niat Presiden ini tampaknya sudah bulat.
Dia yakin nilai tambah yang dihasilkan oleh hilirisasi sangat besar. Berdasarkan data yang diterima, proyeksi dampak hilirisasi minerba dan gas akan menambah Produk Domestik Bruto (PDB) dan membuka lapangan kerja hingga 8,8 juta.
"Sebuah dampak yang sangat besar sekali. Membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya. Jangan sampai ini nikel sudah, stop," ucap dikutip dari Setneg.
Jokowi pun berharap melalui konsistensi hilirisasi, Indonesia akan menjadi negara maju dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada tahun 2045 mendatang bisa mencapai angka US$ 9 hingga US$ 11 triliun. Selain itu, pendapatan per kapita Indonesia juga bisa mencapai US$ 21.000 hingga US$ 29.000.
"Jadi negara maju kita. Tapi kalau nanti digugat kita mundur, kita belok, enak lagi ekspor bahan mentah, lupakan kita menjadi negara maju," tegasnya.
Kegigihan Jokowi ini bukan tanpa tantangan, dari kritik hingga tuntutan WTO.
Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritisi kebijakan hilirisasi yang digaungkan Presiden Joko Widodo. Sebab, kebijakan itu ia anggap tak banyak menguntungkan Indonesia.
Dia menilai kebijakan hilirisasi Jokowi malah menguntungkan negara lain, seperti China. Tergambar dari data investasi dari China yang terus melonjak serta dominasi ekspor Indonesia ke China hingga akhir 2022.
Berdasarkan data realisasi investasi Kementerian Investasi/BKPM, pada periode 2021-2022 investasi dari China naik dari US$ 3,2 miliar menjadi US$ 8,2 miliar. Dengan catatan ekspor ke China pada 2022 US$ 63,55 miliar dan mendominasi pangsa ekspor RI sebesar 23,03%.
"Hilirisasi itu dilakoni oleh China, diproduksi oleh China, di ekspor ke China. Industri kita tidak berkembang," kata Faisal Basri kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/2/2023).
Pasalnya, Indonesia hanya sampai pada industri yang mengolah 'barang setengah jadi', karena yang bisa memproduksi industri 'barang jadi' ujung-ujungnya tetap China.
"Jadi Jokowi itu mendukung industrialisasi di China bukan di Indonesia, ini bukan confidential loh, semua rasional kan, tolong kalau anda ragu challenge saya," tegas Faisal.
Dia berharap Presiden Jokowi fokus kepada percepatan industrialisasi dalam negeri, ketimbang fokus kepada infrastruktur.
Selama ini, kerapkali dikutip berbagai media, bahwa Presiden mengatakan semua infrastruktur harus diselesaikan sebelum akhir masa tugasnya di 2024. Hal ini membuktikan bahwa yang dikejar Presiden adalah infrastruktur.
"Jadi bangunan lagi kan. Pokoknya harus kelar, gitu. Industri memble bodo amat, makanya Pak Jokowi paling jarang, bukan paling lah, jarang sekali berbicara tentang visi industri, jarang. Yang dia bicara adalah hilirisasi," tutur Faisal menyayangkan hal tersebut.
'Pil Pahit' dari WTO
Indonesia sebenarnya telah kalah atas gugatan larangan ekspor nikel oleh Uni Eropa (UE) di World Trade Organization (WTO). Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Krishna Hasibuan.
Dia mengungkapkan kekalahan RI terjadi lantaran industri hilir di Indonesia dianggap belum matang. Ini menjadi salah satu alasan yang dikemukakan dalam panel di tingkat pertama.
![]() A red pedestrian trafic light is seen next to the entrance of the headquarters of the World Trade Organization (WTO) on December 10, 2019 in Geneva. - WTO announced the launch of "intensive" political negotiations to salvage the appellate branch of the body's internal court, which is set to collapse under US opposition. (Photo by Fabrice COFFRINI / AFP) (Photo by FABRICE COFFRINI/AFP via Getty Images) |
Menurut Bara, WTO menilai suatu negara yang melarang ekspor secara total suatu komoditas, maka industri di negara yang ditopang oleh komoditas tersebut harus benar-benar berkembang terlebih dahulu. Sementara industri hilir nikel, yakni besi di Indonesia dinilai masih belum berkembang.
"Jadi misalnya ada krisis suatu komoditas kemudian industri domestik negara tersebut sudah matang, kalau misal dilakukan larangan ekspor itu diberikan dinyatakan sah dengan WTO. Ini dikatakan oleh WTO bahwa industri besi kita, besi kita itu by product dari nikel itu adalah besi, besi itu di Indonesia belum berkembang, jadi belum matang," paparnya dalam Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/2/2023).
Kendati kalah, pemerintah telah mengajukan banding pada Desember 2022 lalu dan mempersiapkan argumentasinya sendiri, yakni bahwa saat ini Indonesia memang sedang dalam tahap menggenjot industri hilirisasi di dalam negeri, terutama hilirisasi mineral mentah seperti nikel.
"Nikel sudah growing. Kita sudah ada puluhan smelter yang mengolah nikel tersebut, itu argumentasi kita jadi kita akan di situ dan nanti di tahun 2024 atau 2025 ketika sidang banding mulai kita sudah banyak smelter dan industri kita lebih matang," jelas Bara.
Namun, pengajuan banding RI terkait nikel kemungkinan baru bisa berjalan pada tahun 2024 mendatang. Hal ini terjadi lantaran adanya blokade pemilihan Badan Banding oleh salah satu Anggota WTO yakni Amerika Serikat (AS).
AS menilai perlu adanya reformasi besar-besaran yang harus dilakukan di WTO. Dengan demikian, selama reformasi di WTO belum dilakukan, maka Amerika tidak akan memberikan persetujuan terhadap pembentukan panel banding.
"Kita sudah berkonsultasi dengan pengacara kita yang berbasis di Jenewa dan diperkirakan itu kemungkinan secara realistis panel itu baru terbentuk tahun 2024," tegasnya.
Selain itu, pemerintah juga masih harus menunggu antrian untuk berproses di Badan Banding WTO, sehingga proses banding memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dibahas Vlogger Israel
Menyertai kabar kekalahan Indonesia terkait dengan gugatan nikel di WTO, video dari vlogger ternama Nas Daily menimbulkan perbincangan hangat. Pasalnya, vloger asal Israel yang berdarah Palestina ini tengah mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu.
Kunjungannya ke Indonesia menjadi viral. Pasalnya, dia berbagi fakta mengenai Bali dan komunitas di Indonesia. Di salah satu videonya, vlogger dengan nama asli Nurseir Yassin ini membahas mengenai bahan baku mobil listrik di Indonesia.
Nas pun mengungkapkan bahwa mobil Tesla akan berasal dari satu negara, yaitu Indonesia. "Tahukah kami mobil listrik Tesla akan berasal dari satu negara, dan kamu tidak bisa menebak negara tersebut," kata Nas dalam videonya, dikutip Senin (20/1/2023).
Negara tersebut adalah Indonesia. Nas mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 25% cadangan nikel dunia. Bertahun-tahun lalu, negara-negara di Eropa membeli nikel dari Indonesia dan kini, negara seperti Indonesia dan lainnya mulai sadar. Mereka meminta perusahaan mobil listrik untuk membuat baterai di negaranya.
"(Eropa) Menjual mobil untuk mendapatkan banyak uang, sedangkan negara pemilik nikel hanya mendapatkan sedikit uang. Perdagangan dunia ini rusak," ujarnya.
Oleh karena itu, dia yakin Tesla dan perusahaan mobil lainnya akan membuat pabrik baterai mobil listrik di Indonesia. Dengan pola ini, dia yakin kendaraan listrik yang akan dibeli esok, akan membuat negara seperti Indonesia, menjadi kaya.
"Setiap mobil baru yang kamu beli akan membuat banyak negara jadi kaya. Seperti itulah perdagangan global seharusnya berjalan," tegasnya.
Video soal nikel dan hilirisasi Indonesia yang diposting di Instagram dan Facebook ini telah ditonton 2,7 juta kali. Total, selama kunjungannya seminggu di Indonesia, Nas membuat tujuh video.
Dalam wawancaranya dengan Deddy Corbuzier, Nas menegaskan bahwa perusahaannya menghasilkan uang, tetapi bukan dari video yang dibuat mengenai Indonesia.
"Kami menghasilkan uang tetapi bukan dari video yang kami buat di Indonesia," ungkapnya.
Terlepas dari semua itu, video Nas Daily tentang nikel dan mobil listrik ini jelas menguntungkan Indonesia. Video ini menjadi kampanye hilirisasi Indonesia untuk dunia dan Nas memiliki pengikut jutaan yang bisa mendengar kisah ini.Â
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Elon Musk Buka Suara Soal Baterai Listrik Tanpa Nikel
