Mantan Menkeu Era SBY Buka-bukaan Soal Kondisi Dunia Terkini!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Jumat, 17/02/2023 07:05 WIB
Foto: M. Chatib Basri, Presiden Commisioner PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 hari ke 2 pada (16/2/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri (2013-2014) mengungkapkan masifnya potensi perlambatan perekonomian global pada 2023. Menurutnya ada 2 faktor yang akan membuat ekonomi dunia berada di jurang resesi pada tahun ini.

Ia menyebutkan, faktor pertama yang masih akan mendominasi tekanan ekonomi global pada 2023 adalah masih belum adanya tanda-tanda konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina berakhir dalam waktu dekat. Akibatnya, Rusia masih berpotensi membatasi ekspor gas alamnya, terutama ke Eropa yang mendukung Ukraina.

Salah satu yang terdampak jelas adalah Jerman. Bahkan, negara itu kata Chatib tengah melakukan efisiensi energi karena minimnya pasokan gas dan tidak lagi banyak menyerap komoditas seperti batu bara. Akibatnya, harga-harga komoditas itu kini juga terdampak turun.


"Dengan kondisi ini, permintaan terhadap batubara dan komoditas lainnya mengalami penurunan. Ini yang menjelaskan harga energi dan komoditas itu turun dalam satu bulan terakhir. Ini yang memengaruhi ekonomi global," katanya saat menjadi pembicara di Bank Syariah Indonesia Global Islamic Finance Summit 2023, Kamis (16/2/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) pun telah mencatat pada Januari 2023 harga batu bara turun sebesar 16,15% secara bulanan atau month to month (mtm), demikian juga gas alam yang anjlok 40,53% dan nikel turun sebesar 2,6%.

Faktor kedua yang masih akan menekan perekonomian global tahun ini kata Chatib adalah masih kuatnya geliat aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, di tengah belum normalnya tekanan inflasi mereka. Akibatnya, Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) masih berpotensi terus menaikkan suku bunga acuannya demi mengendalikan harga-harga.

"Bukan tidak mungkin The Fed sampai akhir tahun harus menaikkan fed fund rate di sekitar 6%. Artinya bahwa walaupun inflasi headline sudah mulai turun bukan berarti The Fed akan segera menurunkan suku bunganya, ini akan berimplikasi ke ekonomi global," ujar Chatib.

Karena dari sisi ekonomi AS yang masih akan melambat dan ekonomi Jerman yang merupakan terbesar di Eropa juga akan melambat, Chatib memastikan bahwa ekonomi global pada 2023 berpotensi kuat akan sampai pada titik perlambatannya, atau hingga resesi.

"Jadi kita akan berhadapan dengan situasi di mana perlambatan ekonomi tidak terhindarkan," tutur Presiden Komisaris PT Bank Mandiri Tbk.

"Maka 2023 kita akan melihat fenomena di mana harga komoditas dan energi tidak akan setinggi di 2022. Ini punya implikasi besar ke Indonesia," ucapnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Kejar Target Ekonomi 8%, Ini Kata Mantan Penasihat Trump