
BlackRock Disebut-sebut dalam Perang Ukraina-Rusia, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia-Guru Besar FEB UI, Rhenald Kasali menyebut kondisi dunia dalam keadaan yang sangat kompleks dan dinamis. Ditambah lagi saat ini juga tengah terjadi ketidakpastian akibat adanya perseteruan Rusia dan Ukraina.
Hal tersebut menimbulkan sebuah kekhawatiran dan kepanikan yang sangat besar di dunia usaha. Berbagai sektor pun mulai ketar ketir dengan kondisi yang serba salah saat ini.
"Terjadi uncertainty dan unpredictable, contoh saja yang terjadi di bidang minyak dan gas. Mereka tentu tengah kebingungan, haruskan meningkatkan kapasitas padahal demand minyak sedang turun, tapi harga minyak sedang naik karena perang," tegas Rhenald dalam BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2023, Kamis (16/2/2023).
Kendati demikian menurut Rhenald, di tengah kesulitan, juga banyak pengusaha yang merasa senang dengan kondisi saat ini, khususnya di Arab Saudi. Menurut Rhenald semenjak perang untuk pertama kalinya, harga minyak sejak 2015 bisa di atas Break Event Point (BEP).
Selain Arab Saudi, salah satu perusahaan manajemen aset terbesar dunia, BlackRock Inc. juga senang akan kondisi saat ini. Bahkan ujarnya, BlackRock sudah beberapa kali melakukan kunjungan ke Presiden Ukraina. Konon BlackRock berharap bisa dilibatkan dalam proyek rekonstruksi Ukraina pasca-perang.
"Karena mereka berharap bisa dapat proyek merekonstruksi Ukraina, uang yang akan diinvestasi setelah perang besar US$ 1 triliun. Padahal BlackRock itu punya dana hingga US$ 8 triliun. Pertanyaannya perang ini diciptakan atau insiden?" ungkap Rhenald.
Menurut Rhenald bukan tidak mungkin perang ini diciptakan dan banyak orang yang merasa senang. Dia juga mempertanyakan kemungkinan perang masih akan panjang terjadi.
"BlackRock punya saham di sejumlah perusahaan yang menjual senjata, mesiu, dan semua sahamnya naik. Padahal akibat perang, semua turun, Amazon turun, Tesla turun," rinci Rhenald.
Oleh karena itu, Rhenald kembali mengingatkan bahwa perang ke depan berbeda dengan perang masa lalu.
Untuk diketahui, pada akhir tahun lalu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan BlackRock CEO Larry Fink setuju untuk mengoordinasikan investasi dalam membangun kembali Ukraina. Keduanya bahkan menandatangani MoU demi mendorong investasi ke Ukraina untuk membangun kembali negara tersebut setelah invasi Rusia.
Selain soal geopolitik Rusia-Ukraina, Rhenald juga menyebutkan fertility rate, robotisasi, dan ESG adalah hal-hal yang juga diwaspadai pada suasana kompleks hari-hari ini.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Badai PHK, Ratusan Pegawai Alphabet dan Blackrock Jadi Korban
