
Rusia Warning Bentrok Langsung dengan AS, Sebut-Sebut Nuklir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia kembali memberikan peringatan terbaru kepada Amerika Serikat (AS). Ini dilakukan saat hubungan kedua negara merenggang lantaran serangan Moskow ke Ukraina.
Mengutip Russia Today, peringatan ini diberikan setelah keduanya memanas terkait perjanjian START. Ini merupakan perjanjian pengurangan senjata nuklir antara AS dan Rusia, di mana baru-baru ini Washington menuduh Moskow tidak mematuhi perjanjian ini lantaran melarang inspeksi ke fasilitas nuklirnya.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan itu tidak benar, karena perjanjian itu mengizinkan penangguhan inspeksi. Mereka bahkan menyebut AS yang justru terlebih dahulu memblokir pemantau Rusia untuk melakukan pekerjaan mereka di Negeri Paman Sam.
Lembaga itu pun menuturkan START yang ditandatangani 2010 lalu didasarkan pada anggapan bahwa AS dan Rusia adalah mitra setara yang berupaya membangun kepercayaan dan meningkatkan keamanan global melalui perlucutan senjata.
"Tapi sekarang Washington telah menyatakan 'kekalahan strategis' Rusia sebagai tujuannya dan meningkatkan ketegangan dalam semua aspek hubungan bilateral, tidak ada 'bisnis seperti biasa' dengan AS," tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, dikutip Kamis (9/2/2023).
Kementerian itu menambahkan bahwa saat ini AS juga telah melepaskan perang hibrida total dengan Rusia. Ini dibuktikan dengan serangan Ukraina ke pangkalan militer Rusia yang memiliki silo nuklir, di mana Washington telah mengambil posisi untuk mempersenjatai Kyiv.
"Sampai Washington merevisi sikap permusuhannya terhadap Rusia dan menjatuhkan kebijakan untuk meningkatkan ancaman terhadap keamanan nasional kita, Moskow akan mempertimbangkan setiap isyarat niat baik yang diusulkan di bawah perjanjian nuklir tidak dapat dibenarkan, tidak tepat waktu, dan tidak pantas."
Rusia dan AS merupakan dua negara dengan pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia. Tercatat, angka silo nuklir yang dimiliki Moskow berjumlah sekitar 6 ribu unit, sementara Washington memiliki sekitar 5 ribu unit.
Bila terjadi, perang nuklir antara keduanya disebut akan melibatkan 4.400 senjata 100 kiloton. Ini akan dengan sangat cepat mengakibatkan minimal 360 juta kematian di seluruh dunia hanya karena efek langsungnya.
Namun kehancuran tak hanya sampai disitu . Kematian ini hanya akan menjadi awal dari bencana besar yang tidak hanya akan mempengaruhi pihak-pihak yang bertikai dan sekutu mereka tetapi seluruh dunia.
Selain dampak langsung dari bom, perang skala besar nuklir akan menyebabkan kontaminasi radioaktif yang meluas dan dapat memicu perubahan iklim jangka panjang global dan keruntuhan masyarakat selanjutnya.
Sementara itu, hubungan AS-Rusia keduanya sendiri memanas pasca serangan Moskow ke Ukraina. Kremlin berdalih ini didasari niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS, NATO.
Aliansi ini telah lama dipandang menjadi rival Moskow sehingga masuknya Ukraina dalam NATO dianggap Kremlin sebagai sesuatu yang menjadi ancaman keamanannya. Apalagi, Rusia memiliki persoalan sengketa teritorial dengan Ukraina di Donbass dan Krimea.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Peringatkan AS: Jangan Ultimatum Kami Soal Nuklir!
