Jos! RI Dapat 'Durian Runtuh' dari Pertamina Rp307 Triliun

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 07/02/2023 14:30 WIB
Foto: Dok: Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kontribusi perusahaan untuk penerimaan negara sepanjang 2022 telah mencapai Rp 307,2 triliun. Penerimaan tersebut berasal dari pajak, dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan Signature Bonus.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan kontribusi Pertamina terhadap negara untuk tahun ini telah mengalami peningkatan 83%. Adapun kontribusi perusahaan ke negara pada tahun 2021 hanya sebesar Rp 167,7 triliun.

"Di 2022 kami bisa meningkatkan sampai 83% setoran ke negara baik dalam bentuk pajak, PNBP maupun dengan dividen dan signature bonus dengan total 2022 sebesar Rp 307 triliun ini dengan asumsi ICP US$ 97 per barel," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (7/2/2023).


Sementara itu, untuk tahun 2023 sendiri, kontribusi Pertamina untuk penerimaan negara diproyeksikan mencapai Rp 268,4 triliun. Angka tersebut setidaknya turun 13% dibandingkan capaian setoran ke negara pada tahun 2022.

Penurunan tersebut terjadi disebabkan lantaran adanya penurunan pendapatan pada RKAP 2023. Terutama dari sektor hulu migas dengan penurunan asumsi ICP sesuai APBN 2023. "Intinya kami selalu akan tingkatkan setoran ke negara atau kontribusi ke negara," ujar dia.

Seperti diketahui, Pertamina mencatat produksi migas subholding upstream sepanjang 2022 telah mencapai 1,018 juta barel ekuivalen minyak per hari (mboepd). Dengan rincian produksi minyak sebesar 566 ribu barel per hari dan gas 2.600 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Sebelumnya Nicke menyebut produksi migas sepanjang tahun 2022 mencapai 1,018 juta barel ekuivalen minyak per hari (mboepd). Capaian tersebut melampaui target RKAP 2022 yang ditetapkan sebesar 992 ribu barel setara minyak (mboepd).

"Fokus Pertamina yang juga menjadi fokus dari pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi migas di hulu ini sudah kami jalankan sesuai target di tahun 2022. Jadi kalau kita melihat secara total produksi migas lebih tinggi daripada RKAP," ujar Nicke.

Adapun dari produksi tersebut, Nicke membeberkan bahwa untuk minyak sendiri sudah terlifting dengan baik. Sementara untuk gas, perlu dilakukan monetisasi agar produksi yang ada dapat terlifting secara optimal.

"Untuk gas ada beberapa lokasi yang masih memerlukan monetisasi agar produksi yang ada bisa kita lifting secara optimal," kata dia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina NRE Akuisisi 20% Saham Perusahaan EBT Filipina