
Gempa Sepanjang Masa di Turki & Minimnya Kesadaran Mitigasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Awalnya tidak ada yang berbeda dari kehidupan penduduk Turki pada Senin (6/2/2023) pagi. Banyak dari mereka sedang bersiap untuk memulai aktivitas. Tidak sedikit pula yang masih tertidur pulas.
Namun, itu semua berubah ketika jam menunjukkan pukul 4.17 waktu setempat. Tiba-tiba gempa bumi mengguncang wilayah timur Nurdagi, Provinsi Gazlantep, Turki.
Seluruh bangunan bergoyang hebat. Masyarakat langsung berhamburan menyelamatkan diri. Namun, selang beberapa detik banyak bangunan seketika ambruk. Diikuti pula terbelahnya jalanan serta robohnya pohon dan tiang listrik.
Debu langsung beterbangan menyelimuti langit kota. Tidak sedikit pula masyarakat yang tertimpa reruntuhan.
Belakangan diketahui kalau gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter dan memiliki kedalaman 23 km dari permukaan tanah. Besarnya getaran gempa juga dirasakan Suriah, Lebanon, dan Israel, yang jaraknya ratusan kilometer dari pusat gempa.
Negeri Rawan Gempa
Seperti Indonesia, Turki adalah negara rawan bencana alam, khususnya gempa. Negara ini berada di kawasan pertemuan dua patahan aktif.
Mereka adalah Patahan Anatolia Utara dan Patahan Anatolia Timur. Dua patahan yang menyelimuti Turki ini terus bergerak setiap tahun tanpa manusia mengetahui kapan pergerakannya menghasilkan kekuatan besar.
Merujuk pada paparan Ahmet Yoruk dalam "The Earthquake Catalogues for Turkey" (Turkish Journal of Earth Science, 2008), dokumentasi manusia paling awal atas gempa di Turki sudah terdeteksi pada abad ke-2 SM. Masyarakat kala itu sering merasakan gempa.
Bahkan sepanjang abad ke-2 SM sampai abad ke-2 M, ada 1175 catatan tentang gempa yang diabadikan manusia. Selama itu pula diprediksi ada ratusan ribu bangunan runtuh dan puluhan ribuan nyawa meninggal.
Turki pada masa kuno tentu tidak semaju sekarang. Keberadaan gempa tidak terlalu berarti sebab penduduknya masih sedikit dan ekonominya belum tumbuh. Namun, itu semua berubah ketika Turki masuk ke zaman modern.
Saat Turki mulai menjadi negara industri, penduduknya menilai kalau gempa sangat merugikan masyarakat. Tiap kali ada gempa, banyak penduduk meninggal. Belum lagi, capaian ekonomi yang telah dibangun langsung runtuh ketika gempa datang. Intinya, sangat merugikan ekonomi.
Sepanjang abad ke-20 hingga tahun 2008, Ahmet Yoruk mencatat ada 30 gempa yang berkekuatan lebih dari 6 Magnitudo. Seluruh titik episentrum gempa berada di zona patahan di bagian barat dan timur Turki.
Salah satu gempa terdahsyat di akhir abad ke-20 terjadi pada 17 Agustus 1999. Gempa bermagnitudo 7,4 berkedalaman 15 kilometer menghancurkan seisi kota Izmit.
Tercatat 100 ribu bangunan hancur, 18 ribu orang meninggal, dan 48 ribu orang terluka selama 37 detik guncangan. Kerugian yang dialami mencapai US$ 1,1 miliar sampai US$ 4,5 miliar. Gempa ini dinobatkan sebagai gempa terdahsyat di Turki.
Gagal Berdamai dengan Alam?
Setiap kali ada gempa penyakit masyarakat Turki adalah gagap menghadapi bencana. Mereka tidak mengetahui harus berbuat apa ketika gempa melanda.
Proses evakuasi pun carut-marut. Hal ini setidaknya dicatat Bakir dan Boduroglu dalam Earthquake Risk and Hazard Mitigation in Turkey (2002).
Di gempa tahun 1999 itu, misalnya hampir tidak ada kesadaran gempa di kalangan masyarakat Turki, baik warga biasa sampai pejabat pemerintahan. Tidak ada latihan mitigasi bencana.
Bangunan-bangunan pun didirikan tanpa memenuhi syarat anti-gempa. Bahkan, sering ada kasus suap kepada pemerintah untuk mendapatkan izin pendirian bangunan.
Hal ini tentu sangat disayangkan. Upaya mengurangi dampak berlebih suatu bencana semestinya menjadi hal mutlak yang harus dilakukan bagi siapapun yang tinggal di wilayah rawan bencana, termasuk masyarakat Turki.
Mereka memang tak bisa mengelak dari aktivitas tektonik. Maka, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah belajar berdamai dengan alam. Sayang, mereka gagal berdamai. Akibat tidak memiliki pemahaman bencana yang baik mereka justru menghadapi risiko bencana semakin tinggi alih-alih terbebas dari bencana.
Namun, kini pemerintah Turki nampaknya sudah berbenah. Dilansir United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), Turki membuat program Türkiye's National Earthquake Strategy and Action Plan - 2023, sebuah program mereduksi dampak berlebih dari gempa yang ditargetkan berjalan pada tahun 2023.
Tapi program ini berjalan kalah cepat dengan takdir. Sebelum dilaksanakan, kita tahu Turki lebih dulu diguncang gempa dahsyat pada awal 2023.
(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News: Turki Diguncang Gempa Lagi, Magnitudo 4,8