Covid Usai, Sri Mulyani Pening Banyak Masalah Datang Seketika

News - Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
02 February 2023 13:50
Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di depan ratusan mahasiswa STKIP PGRI Sumenep, Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita tentang kondisi gejolak perekonomian pasca pandemi tahun ini.

Ia mengatakan bahwa permasalahan dunia ternyata tidak hanya sebatas pandemi Covid-19, namun ada komplikasi baru yang disebabkan oleh normalisasi pasca pandemi dan konflik geopolitik sehingga membuat permasalahan ekonomi global semakin kompleks.

"Namun persoalan dunia nggak berhenti di pandemi, begitu pandemi bisa kita tangani dan pemulihan terjadi, terjadi komplikasi yang baru," ujarnya dalam acara Kuliah Umum Menteri Keuangan "Ketahanan Ekonomi Dalam Perspektif Lokal, Nasional, dan Global di STKIP PGRI Sumenep, Kamis (2/2/2023).

Awalnya ia mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi tantangan luar biasa bagi seluruh negara di dunia. Kebijakan pembatasan yang diambil untuk merespon sebaran virus tersebut kemudian memberikan dampak signifikan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Karena akibat pembatasan interaksi tersebut kegiatan masyarakat berhenti, baik kegiatan sosial maupun ekonomi. Dari sana ia mengatakan Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan manusia, namun jiga menjadi ancaman sosial dan ekonomi.

"Jadi nampaknya pandemi itu kelihatannya masalah kesehatan tapi dimensinya itu menjadi luar biasa rumit," ujarnya.

Namun, ia bersyukur bahwa dalam 3 tahun terakhir Indonesia, khususnya pemerintah mengambil langkah-langkah tepat yang menurutnya dapat membantu Indonesia menjaga stabilitas sosial dan memulihkan kondisi ekonomi domestik.

Kendati demikian, belum selesai pemulihan tersebut berlangsung, dunia dibuat pusing dengan persoalan baru akibat normalisasi ekonomi pasca pandemi. Dimana pembatasan mulai dilonggarkan, konsumsi meningkat, namun kesediaan barang dan jasanya belum siap sehingga kondisi ini mengakibatkan inflasi.

"Namun persoalan dunia nggak berhenti di pandemi, begitu pandemi bisa kita tangani dan pemulihan terjadi, terjadi komplikasi yang baru. Komplikasi yang pertama adalah waktu terjadi normalisasi kegiatan [..] Waktu masyarakat mulai melakukan kegiatan, masyarakat ternyata belum siap untuk normalisasi sehingga waktu masyarakat berlomba melakukan konsumsi barang dan jasanya belum siap maka harga naik," jelasnya.

Kenaikan inflasi ini kemudian direspon oleh otoritas moneter bank sentral dengan kebijakan menaikkan suku bunga secara agresif. Hal tersebut dilakukan oleh negara di Eropa dan Amerika Serikat yang berujung pada pelemahan ekonomi.

Selanjutnya, masalah lain yang memperparah kondisi ini adalah perang Rusia-Ukraina. Ia mengatakan meskipun perangnya jauh dari Indonesia, namun karena kedua negara ini merupakan produsen bahan pokok dunia, maka terjadi gangguan rantai pasok dan kesediaan produk. Kelangkaan produk dari kedua negara ini menyebabkan permintaan naik di negara-negara produsen lainnya, akibatnya kenaikan harga pada bahan pokok tertentu terjadi sangat signifikan.

"Itu baru satu masalah, muncul masalah baru. Presiden Putin menyerang Ukraina, muncul ketegangan global, perangnya di Ukraina jauh banget, namun dampaknya ke seluruh dunia karena begitu perang itu terjadi maka muncul reaksi suatu perang mendisrupsi produksi," jelasnya.

Oleh karena ia mengatakan saat ini tantangan ketahanan ekonomi nasional dan lokal sangat diperlukan karena guncangan ekonomi tidak hanya berasal dari pandemi lagi, namun juga dari masalah geopolitik, kenaikan inflasi, bahkan gangguan dari sisi disrupsi akibat perubahan iklim dan teknologi digital yang terus menimbulkan potensi kerawanan pangan dan energi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Bonus Rp10 M dari Sri Mulyani untuk Pemda Segera Cair!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading