Ambisi Jadi Raja Baterai, Indonesia Masih Punya Tantangan Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia berambisi melakukan hilirisasi pertambangan dan membentuk ekosistem kendaraan listrik. Target ini disebut-sebut akan membawa Indonesia menjadi Raja Baterai.
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan untuk mewujudkan target tersebut masih terdapat sejumlah tantangan, terutama dari sisi teknologi dan produksi.
"Jadi pengembangan teknologi menjadi salah satu tantangan untuk kita. Kuncinya bagaimana kita bisa bermitra dan membuat kerja sama yang win-win, bukan hanya mendatangkan teknologi, melainkan mengembangkan investasi," ujar Pahala dalam Closing Bell, Rabu (1/2/2023).
Untuk hilirisasi nikel hingga produksi baterai ditargetkan investasi yang masuk bisa mencapai US$ 6 miliar atau mendekati Rp 90 triliun. Dia menyebutkan hilirisasi nikel menjadi baterai bisa memberikan nilai tambah hingga 55 kali.
Sementara tantangan dari sisi produksi, bahan baku baterai masih diperlukan impor, padahal Indonesia memilik sumbernya.
"Bauksit, alumina, lebih banyak impor padahal bauksit kita punya. Jadi kami mengharapkan dengan kolaborasi Antam dan Inalum menjadi upaya (hilirisasi) agar bauksit, bisa jadi alumina," kata dia.
Saat ini produksi alumunium di Indonesia masih jauh dari kebutuhan dalam negeri. Bahkan dia menyebut produksinya baru memenuhi sepertiga dari total kebutuhan.
Pahala menegaskan dibutuhkan hilirisasi dan membuka peluang investasi yang masuk untuk membangun fasilitas baterai.
"Kalau Indonesia berharap sentra EV dunia, atau Asia setidaknya, makin membutuhkan alumunium, baterai, tembaga. Jadi ini merupakan komoditas yang sangat banyak dimiliki, dan hilirisasi ini mendorong," ujarnya.
"Ini investasi masa depan, meski sekarang susah tapi manfaatnya akan dirasakan 4-5 tahun mendatang," tambahnya.
(rah/rah)