
Kabar Baik dari IMF, Kengerian 'Momok Dunia' Berkurang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan sebanyak 84 persen dari negara-negara di dunia mencatatkan penurunan inflasi pada tahun ini. Seperti diketahui, inflasi telah menjadi momok dunia sejak tahun lalu ketika perang Ukraina dan Rusia menganggu rantai pasok dan meningkatkan harga energi.
Dengan demikian, inflasi global akan turun menjadi 6,66% pada tahun 2023 dan melandai hingga 4,3% pada 2024. Namun, angka inflasi tersebut masih jauh di atas level prapandemi yang rata-rata mencapai 3,5%
"Sementara tahun ini hingga ke depannya masih akan menantang, ini dapat mewakili titik balik, dengan pertumbuhan telah menyentuh level terendah dan inflasi menurun," kata Kepala Ekonom dan Direktur Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam World Economic Outlook, Selasa (31/1/2023).
IMF mengungkapkan proyeksi inflasi sebagian besar mencerminkan penurunan harga komoditas bahan bakar dan non-bahan bakar internasional. Harga menurun karena melemahnya permintaan global.
Hal ini juga mencerminkan efek pendinginan dari pengetatan kebijakan moneter pada inflasi inti, yang secara global diperkirakan akan menurun dari 6,9% pada kuartal keempat tahun 2022 (year on year/yoy), menjadi 4,5 persen pada kuartal keempat tahun 2023. Namun, IMF menegsakan disinflasi akan memakan waktu.
"Pada tahun 2024, proyeksi headline rata-rata tahunan dan inflasi inti, masing-masing, masih akan berada di atas tingkat pra-pandemi di sekitar 82% dan 86% negara-negara dunia," ujar IMF dalam laporan lengkap WEO yang dirilis Januari ini.
Di negara maju, IMF memperkirakan laju inflasi rata-rata tahunan menurun menjadi 4,6% pada 2022, dari 7,3% tahun lalu. Kemudian, inflasi akan kembali turun menjadi 2,6% tahun 2024.
Sementara itu, di negara berkembang, laju inflasi akan turun dari 9,9% pada 2022, menjadi 8,1% pada 2023 dan 5,5% pada 2024. IMF mencatat laju inflasi diproyeksi mengalami moderasi di negara berpenghasilan rendah dari 14,2% di 2022, menjadi 8,6% pada tahun ini sebelum turun mendekati level prapandemi pada 2024.
Namun demikian, IMF mengungkapkan penurunan inflasi di banyak negara masih perlu diwaspadai. "Berita tentang inflasi menggembirakan, tetapi pertempuran masih jauh dari selesai," kata Gourinchas.
Menurut Gourinchas, tekanan inflasi sejatinya masih akan tetap tinggi sehingga bank sentral diharapkan dapat mempertahankan kebijakan moneter ketatnya sampai inflasi inti benar-benar di jalur penurunan.
"Melonggarkan (kebijakan moneter) terlalu dini dapat merusak sebagian besar keuntungan yang dicapai sejauh ini," tambahnya.
Menurutnya, ada yang yang sudah mencapai puncak inflasi inti, tetapi ada juga yang belum sehingga perlu ada sinkronisasi kebijakan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tolak Saran IMF, Bos BI: Kami Lebih Pengalaman!