
Turki Buka Suara soal Keluar dari NATO, Beneran Erdogan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Keadilan dan Pembangunan (AK), buka suara soal isu negara itu keluar dari pakta pertahanan NATO. Juru Bicara partai Omer Celik, membantah hal tersebut, sebagaimana dikutip Kamis (26/1/2023).
Dalam keterangannya, ia mengatakan Turki tidak pernah berpikir untuk meninggalkan aliansi militer blok Barat tersebut. Pasalnya, Ankara juga merupakan salah satu pendiri dari NATO.
"Kami menghadapi hal-hal seperti itu di setiap pemilihan (seruan untuk mengakhiri keanggotaan Turki di NATO). Ini bukan hal-hal yang akan kami khawatirkan. Mereka yang menyerukan penghentian keanggotaan Turki di NATO tidak masuk akal," kata Celik dikutip media Rusia, TASS.
Sebelumnya, wakil ketua Partai Tanah Air Turki, Ethem Sancak, mengatakan bahwa Turki mungkin akan meninggalkan NATO dalam lima hingga enam bulan karena tindakan provokatif terhadap Ankara.
Ia berargumen bahwa jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan setidaknya 80% penduduk Turki yakin bahwa Amerika Serikat adalah negara yang menerapkan kebijakan paling bermusuhan dan merusak terhadap Turki. Diketahui, Amerika Serikat merupakan salah satu patron dari aliansi pertahanan itu.
"Akhir-akhir ini orang Turki mulai menyukai Rusia dan Presiden Rusia Vladimir Putin," tandasnya.
Hubungan Turki dengan anggota-anggota NATO lainnya memang diketahui sedang dalam posisi yang sulit. Ini akibat sikap Ankara yang tidak menyetujui Swedia dan Finlandia untuk masuk dalam pakta pertahanan itu, di saat mayoritas lainnya mendukung aplikasi kedua negara untuk bergabung.
Turki beralasan bahwa penolakannya ini disebabkan oloh sikap Stockholm dan Helsinki yang masih mendukung pemberontak Kurdi yang berada di negaranya. Presiden Erdogan bahkan telah mencap kelompok itu sebagai teroris.
Ketegangan ini kemudian memasuki babak baru tatkala figur sayap kanan Denmark-Swedia, Rasmus Paludan, membakar kitab suci Al Quran pada Sabtu lalu di depan kedutaan Turki. Paludan mengaku aksi ini dilakukannya untuk memprotes kebiijakan Erdogan yang menurutnya mencoba mempengaruhi kebebasan berpendapat di Negeri Nordik itu.
Ini kemudian membuat Erdogan marah. Figur Muslim terkuat di dunia itu bahkan menyebut Swedia tidak lagi dapat mengharapkan dukungan Ankara untuk masuk menjadi anggota NATO.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nyelekit Banget, Erdogan: Tanpa Turki, NATO Itu Lemah!