Waduh! Pasokan Lagi Kritis, Beras RI Mau Diekspor, Serius?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo berencana untuk melakukan ekspor beras ke Arab Saudi, termasuk juga Uni Emirat Arab untuk memenuhi stok kebutuhan haji dan umrah. Padahal stok beras Indonesia saat ini sedang kritis dan harganya di dalam negeri sedang melambung.
Lelaki yang kerap disapa SYL itu menuturkan bahwa seumpama harga yang ditawarkan oleh pihak Arab Saudi cocok dengan petani Indonesia, maka Kementerian Pertanian siap untuk memfasilitasi ekspor.
"Kalau kita sih seumpamanya meminta dengan harga yang tetap berpihak kepada petani, Menteri Pertanian siap backup. Siapa yang melakukan ekspor di sana tentu bukan Kementan, izin ekspor kan dari Mendag (Menteri Perdagangan)," kata SYL saat ditemui media, Rabu malam (25/1/2023).
SYL mengatakan, Indonesia memiliki stok produksi beras yang mencukupi untuk bisa dilakukannya ekspor, maka dari itu ia mengambil peluang tersebut agar tidak hanya dari negara tetangga saja, seperti Vietnam dan Thailand yang bisa memasok beras ke Arab Saudi.
Data Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyebut sepanjang 2022 capaian produktivitas komoditas padi mencapai 55,44 juta ton dari target 54,56 juta ton.
"Ya kita kan punya beras, masa mau dari beras orang lain terus, 70 tahun ambilnya dari negara lain. Selalu saja masalah harga kan, ayo kita siapin dong. Karena kita punya (beras) tahun ini Februari - Maret ada 1,9 juta hektare yang akan panen raya, dikali 5 ton saja berarti hampir 10 juta. Kalau dikonversi dari gabah ke beras itu 60%, berarti ada kurang lebih 6 juta (beras). Masa gak mau beli, kasian dong rakyat," tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono mengatakan bahwa rencana ekspor beras tersebut masih dalam konteks penandatanganan kesepakatan, tetapi untuk pengirimannya masih belum dilaksanakan.
"Masih dalam konteks kesepakatan penandatanganan, itu sudah. Tetapi pengirimannya kita masih rencanakan untuk segera kita kirim," timpal Kasdi.
Kasdi menuturkan kalau pihaknya masih akan melakukan perhitungan lebih lanjut terkait stok beras yang ada, agar tidak menyebabkan polemik baru. Meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan beras dalam negeri surplus, namun tetap harus diperhatikan mana yang lebih prioritas antara rakyat dan ekspor.
"Nah memang, tentu kita hitung kembali supaya tidak jadi polemik data itu. Bahwa menurut data BPS, (beras) kita kan surplus ya toh? Nah, tentu kita pilah. Kita pilah itu maksudnya, urgensi prioritasnya, dan berapa jumlahnya. Tapi ini peluang, ada peluang besar daripada kebutuhan-kebutuhan beras untuk tidak hanya di dalam negeri tetapi juga untuk haji, umrah itu peluang besar. Karena selama ini ditutup oleh Thailand dan Vietnam, kenapa kita tidak ajukan," ujarnya.
Untuk itu, Kasdi mengatakan kalau Kementen dengan Kementerian Agama sudah berkoordinasi dan akan memfasilitasi ekspor beras tersebut.
"Kemarin juga pada saat kunjungan kerja Mentan ke Saudi juga sudah ketemu pemerintah sana, Mentan sana (Arah Saudi) juga meminta (agar beras Indonesia bisa) masuk ini. Dan banyak sekali buyer sana yang (tertarik) untuk itu," tuturnya.
(wur/wur)