
Pengusaha Akui Cepat atau Lambat, Pabrik Nikel Harus Dibatasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel turut mendorong pemerintah untuk membatasi pembangunan smelter nikel baru di Indonesia.
Pasalnya, persediaan nikel di Indonesia akan semakin menipis, bahkan diprediksikan tidak akan mencukupi kebutuhan pasokan dalam negeri pada sembilan tahun mendatang.
CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengungkapkan, smelter nikel yang masif dibangun di Indonesia perlu diperhatikan lebih lanjut. Dia khawatir, nantinya pemilik smelter nikel akan berebut untuk mendapatkan pasokan nikel, yang saat ini statusnya diperkirakan hanya berumur sembilan tahun lagi.
"Dalam hal ini kita juga harus berpikir bahwa nanti kalau ini terus smelter dibangun, maka para smelter ini tentunya harus berebutan untuk mendapatkan input bahan bakunya. Karena bahan baku ini terbatas, sehingga harganya menjadi tinggi. Jadi, memang ini (moratorium) adalah satu pilihan yang harus kita lakukan cepat atau lambat," ucapnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Rabu (25/1/2023).
Namun, dia menekankan agar kebijakan moratorium yang terus digaungkan ini perlu ada sosialisasi terlebih dahulu kepada pelaku usaha. Menurutnya, moratorium perlu diberlakukan pada pelaku usaha yang baru mau membangun atau sedang mengurus perizinan untuk membangun smelter nikel di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga 2021 terdapat 21 smelter mineral yang telah beroperasi. Hingga 2024 ditargetkan sebanyak 53 smelter mineral bisa beroperasi.
"Hanya masalahnya sekarang, bahwa jangan sampai kebijakan kita ini datangnya mendadak, sehingga persiapan untuk mereka, teman-teman kita yang bangun smelter ini tidak cukup. Terutama bagi yang sedang membangun, ini kalau tiba-tiba dihentikan tentu ini akan berakibat investasi yang rugi," tuturnya.
Namun menurutnya, pembangunan smelter baru memang perlu dibatasi, sehingga generasi berikutnya masih bisa menikmati sumber daya nikel RI.
"Untuk izin baru mungkin ini perlu dipertimbangkan dengan serius, sehingga sustainability bukan saja sustainability keberlanjutan pada smelter, tapi juga keberlanjutan pada ketersediaan bahan baku kita ini bisa kita jaga, sehingga anak-anak kita masih bisa menikmati berkat ini," tandasnya.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli pernah menyampaikan moratorium pembangunan smelter nikel baru perlu dilakukan. Mengingat, dengan kapasitas terpasang smelter yang sudah beroperasi saat ini membutuhkan sekitar 135 juta ton pasokan bijih nikel, maka daya tahan cadangan nikel hanya sampai sekitar 9 tahun saja.
"Belum lagi smelter yang dalam tahap konstruksi sekitar 28 smelter yang membutuhkan bahan baku sekitar 92 juta ton per tahun," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/1/2023).
Sementara, smelter yang dalam tahap perencanaan diperkirakan membutuhkan input bijih nikel sekitar 187 juta ton per tahun. Dengan demikian, kebutuhan bijih nikel kadar 1,5% ke atas diperkirakan mencapai 415 juta ton per tahun.
"Dengan total cadangan yang ada saat ini sekitar 2,75 miliar ton (Ni > 1,5%), maka daya tahan cadangan mengkhawatirkan," katanya.
Setidaknya, hanya beberapa perusahaan saja yang nantinya akan bisa bertahan karena memiliki cadangan yang besar untuk menghidupi smelternya. Oleh sebab itu, perlu langkah untuk mengaktifkan eksplorasi lanjutan baik untuk menemukan cadangan baru maupun mengkonversi sumber daya menjadi cadangan.
Sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah akan membatasi pembangunan fasilitas smelter. Khususnya, bagi smelter yang hasil produk hilirnya (kandungan logam) baru mencapai 40%.
"Ini sebagai bentuk dari kepedulian pemerintah dalam melakukan penataan terhadap pembangunan produk yang berorientasi pada green energy dan green industry," terang Bahlil saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/1/2023).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ahli Sarankan Pabrik Nikel Jenis Ini Baiknya Dibatasi