Serapan Tenaga Kerja dari Investasi Ciut, Bahlil Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan penyebab serapan tenaga kerja di Indonesia semakin ke sini semakin tidak banyak meski nilai investasi yang didapat semakin besar.
Sepanjang 2022 saja, dengan total realisasi investasi yang mencapai Rp 1.207,2 triliun jumlah penyerapan tenaga kerjanya hanya sebanyak 1.305.001 orang. Padahal, pada 2017, dengan realisasi investasi yang hanya sebanyak Rp 692,8 triliun, jumlah tenaga kerja yang terserap 1.176.323 orang.
Bahlil mengatakan, semakin tidak maksimalnya penyerapan tenaga kerja ini lebih disebabkan fokus arah kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini adalah untuk hilirisasi yang berorientasi industri dan energi hijau. Akibatnya investasi yang masuk padat modal atau padat teknologi ketimbang padat karya.
"Yang namanya hilirisasi pasti padat teknologi, dan ini cara untuk bagaimana meningkatkan produktivitas kita. Konsekuensinya pasti tidak banyak atau maksimal dengan karyawan karena dia teknologi, mesin, apa segala macam," ujar Bahlil seusian konferensi pers di kantornya, Jakarta, dikutip Rabu (25/1/2023).
Ini pun menurutnya sudah menjadi pilihan pemerintah. Sebab, ia berpendapat, dengan masuknya aliran investasi yang padat modal dan padat teknologi, Indonesia akan lebih cepat menjadi negara maju ketimbang fokus pada padat karya.
"Ini antara pilihan kita maju padat karya tapi lambat kita maju atau kita pakai teknologi untuk cepat kita maju. Yang namanya tambang mana bisa kita padat karya, kalau kita bangun gedung oke, bawa truk oke, bawa alat oke, begitu sampai industrinya yang main sudah remot aja," ucapnya.
Kendati begitu, Bahlil menegaskan, ini bukan berarti pemerintah mengabaikan investasi padat karya. Ia menjelaskan, sektor padat karya kini di bagi ke sektor lainnya, termasuk UMKM. Sepanjang 2022, dengan nilai investasi usaha mikro dan kecil sebesar Rp 318,6 triliun penyerapan teana kerja nya mencapai 7.608.210 orang.
"Soal padat karya betul investasi menciptakan lapangan pekerjaan. Tapi kalau gaya kita masih gaya 1980-an bagaimana kita mau maju. Tapi bukan kita abaikan mereka, karena padat karya ini penting untuk menciptakan lapangan kerja yang massive, contoh UMKM tadi," ujar Bahlil.
"Kita urus juga barang ini, jadi kita di pemerintah mengurus yang besar, mengurus yang kecil-kecil juga karena tujuannya satu bagaimana Indonesia lebih kuat," tuturnya.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menuturkan penyerapan tenaga kerja membutuhkan waktu lebih lama. Investasi yang masuk mungkin akan mengutamakan konstruksi di awal, sebelum fokus membuka lapangan kerja.
"Dia sdh merealisasikan itu tapi mungkin baru bangun gedung jadi ada catatan realisasinya. Tapi penyerapan tenaga kerjanya belum terjadi. Penyerapan tenaga kerja kan butuh waktu, masih butuh waktu yang lebih lama," kata Piter kepada CNBC Indonesia.
(haa/haa)