Waduh, Ternyata 65% Dapen BUMN Bermasalah Dikelola Pensiunan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan saat ini pihaknya tengah melakukan bersih-bersih di tubuh keuangan BUMN. Pasalnya ia mendapati laporan sebanyak 65% dana pensiun (dapen) BUMN bermasalah.
Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury menyebutkan bahwa pengelolaan Dapen BUMN sedang diupayakan bisa seragam. Dia menyebutkan bahwa Dapen BUMN masih ada yang buruk namun juga ada yang bagus.
"Kita sedang upayakan supaya pengelolaan dana Dapen BUMN itu bisa seragam. Kan ada yang bagus, ada yang masih belum bagus, ini memang melalui upaya reformasi yang dilakukan Pak Erick," ungkap Pahala saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Pahala mengatakan Dapen BUMN mungkin tidak dikelola oleh ahlinya, dengan begitu dia menyebutkan ahli pengelolaan dapen harus turun tangan dalam mengatasi hal permasalahan yang sedang dihadapi. Dia mengantisipasi, jangan sampai dapen dikelola oleh para pensiunan yang sebenarnya juga tidak memahami dapen.
"Semua pengelolaannya kan banyak sekali, pengelolaan dana dapen yang mungkin tidak dikelola oleh orang yang ahlinya. Ini tentunya yang perlu dilakukan, yang mengelola harus yang ahlinya jangan sampai dikelola oleh, mohon maaf, para pensiunan yang nggak memahami juga investasi itu yang arahan utamanya seperti itu," tandasnya.
Pahala mengungkapkan bahwa dapen yang dikelola bukan oleh ahlinya tersebut banyak ditemukan di beberapa BUMN.
![]() Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury (Dok. BTN) |
"Wih banyak, masalahnya bukan pensiunan masalahnya apakah dikelola oleh orang yang betul-betul punya keahlian," ujar Pahala saat ditanya mengenai apakah ada pensiunan yang mengelola dapen.
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir mengungkapkan, dalam rangka bersih-bersih, ia secara intens berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung dan KPK untuk mengusut kasus dugaan korupsi di tubuh perusahaan pelat merah tersebut. Menurutnya, pengungkapan kasus Jiwasraya hanya permulaan karena ada banyak dana pensiun di BUMN lainnya yang juga bermasalah.
"Kemarin saya warning, setelah Jiwasraya, Asabri, sekarang kita mendorong investasi audit untuk dana-dana pensiun BUMN yang kemarin saya melihat bukunya ini 35 persen sehat dan 65 persen sakit. Kita harus antisipasi karena ini bisa angkanya cukup besar," ujar Erick dalam acara rilis hasil Survei Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI), dikutip dari keterangan resmi BUMN, Senin (23/1/2023).
Merespons hal ini, ia secara tegas mengatakan tidak memberikan toleransi bagi tindakan merugikan keuangan BUMN. Karena salah satu visinya sejak awal, adalah berkomitmen untuk memulihkan kondisi BUMN agar lebih transparan dan profesional.
"Untuk masalah bersih-bersih BUMN, saya rasa saya tidak segan-segan mendorong yang namanya kasus-kasus hukum di BUMN, kasus Jiwasraya dari 2006 itu tidak pernah dilakukan, ketegasan, tetapi Alhamdulillah saya melaporkan kepada Pak Presiden Joko Widodo dan beliau sangat mendukung," tegasnya.
Kasus serupa juga terjadi di tubuh Garuda Indonesia hingga Waskita Beton. Menurut Erick kasus yang terjadi di dua perusahaan tersebut telah berdampak negatif bagi keuangan perusahaan. Ia mengakui bahwa permasalahan tersebut sudah terjadi cukup lama, kendati demikian, ia tetap berkomitmen untuk menyelesaikannya agar tidak merugikan negara dan masyarakat.
"Waskita Beton ini juga terima kasih teman-teman penegak hukum bisa menginformasikan, karena memang secara data waktu itu kita sudah melihat sepertinya ada penipuan, artinya secara publik waktu itu mengeluarkan rights issue, surat utang atau apalah, saya lupa detailnya, tetapi ternyata penggunaannya tidak benar," lanjut dia.
Ia mengungkapkan, kondisi keuangan BUMN memang mengalami kerugian sejak lama, bahkan saat dirinya baru menjabat sebagai Menteri BUMN. Erick menyebut 70% BUMN mengalami kerugian. Oleh karena itu, dalam rangka aksi bersih-bersih BUMN, ia melakukan perampingan jumlah BUMN dari 108 BUMN menjadi 41 BUMN. Menurutnya, perampingan ini menunjukkan hasil yang baik dengan meningkatnya kinerja BUMN.
"Laba BUMN ketika saya masuk Rp13 triliun sekarang menjadi Rp125 triliun dan InsyaAllah untuk tahun ini angkanya bisa di atas Rp200 triliun, artinya Pak dari 13 ke 125 hampir 860 persen lebih, nanti masih naik lagi," ungkapnya.
[Gambas:Video CNBC]
Chaos Krisis Inggris! Banyak Dana Pensiun Terancam Bangkrut
(wur/wur)