
Libur Imlek, Ilmuwan 'Ramal' Gelombang Baru Covid-19 di China

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang baru lonjakan kasus Covid-19 di China diperkirakan tipis peluangnya. Meski tengah terjadi pergerakan masif di China, saat musim libur Tahun Baru Imlek.
Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk reuni keluarga, usai kebijakan ketat protokol Covid-19 di negara itu dilonggarkan. Hal itu memicu kekhawatiran akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah besar.
Dilansir CNBC International (Sabtu, 21/1/2023), Wu Zunyou, Kepala Ahli Epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menyebutkan, 80% populasi China sudah terinfeksi Covid-19. Dan, peluang lonjakan kasus dalam 2-3 bulan ke depan kecil.
Mobilitas warga yang melonjak saat libur Tahun baru Imlek diakui dapat menyebarkan pandemi, meningkatkan infeksi di beberapa daerah. Namun, gelombang baru Covid tidak mungkin terjadi dalam waktu.
Sementara itu, seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional menyebutkan, China telah melewati puncak kasus menginap pasien Covid di klinik-klinik, ruang gawat darurat dan dengan kondisi kritis.
Pemerintah China melansir, sekitar sebulan sejak kebijakan nol Covid dibatalkan, hampir 60.000 orang dengan Covid telah meninggal di rumah sakit per 12 Januari.
Tetapi beberapa ahli mengatakan angka itu mungkin jauh dari perhitungan dampak penuh, karena tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah.
Dan, karena banyak dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk menyebut Covid sebagai penyebab kematian.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemudik Lewat Jalur Udara Meningkat, Pengamat Himbau Hal Ini