Dunia Gagal! Krisis Iklim Berisiko Terjadi 10 Tahun Lagi

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
20 January 2023 08:45
A general view shows Davos in the evening ahead of World Economic Forum (WEF), Switzerland, January 20, 2019. REUTERS/Arnd Wiegmann
Foto: World Economic Forum (REUTERS/Arnd Wiegmann)

Jakarta, CNBC Indonesia - Forum ekonomi dunia atau World Economic Forum (WEF) menempatkan risiko gagalnya memitigasi krisis iklim sebagai risiko terbesar yang akan terjadi 10 tahun lagi. Kegagalan ini akan bersampak ke multisektor, termasuk ekonomi.

WEF memasukkan risiko kegagalan memitigasi perubahan iklim sebagai peringkat satu dalam daftar risiko yang menghantui dunia dalam jangka panjang atau hingga 10 tahun mendatang. Daftar peringkat itu tercantum dalam The Global Risk Report 2023.

Daftar risiko di bawahnya ada kegagalan mengadaptasi perubahan iklim, bencana alam dan peristiwa cuaca ekstrim, hingga hilangnya keanekaragaman hayati dan kehancuran ekosistem. Daftar ini diperoleh dari Global Risks Perception Survey (GRPS).

Global Risks Perception Survey ini dilakukan WEF terhadap 1,200 pakar di berbagai bidang, seperti akademikus, pelaku bisnis, pemerintahan, komunitas internasional, serta masyarakat sipil. Risiko iklim dan lingkungan menjadi fokus utama yang memengaruhi persepsi mereka satu dekade mendatang.

"70% responden GRPS menilai langkah-langkah yang ada untuk mencegah atau mempersiapkan perubahan iklim sebagai langkah yang tidak efektif atau sangat tidak efektif," dikutip dari laporan WEF itu, Kamis (19/1/2023).

Laporan WEF itu menilai, tanpa ada perubahan kebijakan atau investasi yang signifikan terhadap pemanganan perubahan iklim, akan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan konsumsi sumber daya alam akan mempercepat keruntuhan ekosistem.

"Mengancam pasokan pangan dan mata pencaharian di ekonomi yang rentan terhadap iklim, memperbesar dampak bencana alam, dan membatasi kemajuan lebih lanjut," tulis laporan ini.

Penyebab utama besarnya risiko kegagalan itu disebabkan banyak faktor, diantaranya permasalahan yang muncul baru-baru ini seperti Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Permasalahan besar beberapa tahun terakhir itu membuat fokus banyak negara teralihkan dalam penanganan perubahan iklim sehingga terjadinya jeda atau hiatus.

Misalnya, Uni Eropa menurut WEF telah menghabiskan setidaknya 50 miliar untuk euro untuk memperbarui dan memperluas infrastruktur dan pasokan bahan bakar fosil, dan beberapa negara memulai kembali pembangkit listrik tenaga batu bara.

"Ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi telah membatasi dan dalam beberapa kasus bahkan membalikkan arah kemajuan mitigasi perubahan iklim, setidaknya dalam jangka pendek," tulis WEF.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WEF Davos 2023 Resmi Dimulai, Apa yang Dibicarakan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular