Genjot Hilirisasi Nikel, RI Bisa Tiru China

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 19/01/2023 14:50 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai Indonesia perlu meniru negara lain untuk menggenjot hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri, salah satunya China.

Kenapa China?

Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengungkapkan bahwa Indonesia bisa mengikuti jejak China karena negara pimpinan Xi Jinping itu sukses membangun infrastruktur yang bisa mendukung hilirisasi di negeri Tirai Bambu tersebut.


"Jadi menjadi negara maju itu bukan event ya, jadi kita tidak bisa bergantung pada negara lain. Kalau kita mau maju kita harus berusaha sekuat tenaga sehingga kita bisa bangkit dan berkembang menjadi negara maju termasuk industrinya," ungkap Rizal kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Kamis (19/1/2023).

Dia mengatakan, China sudah mengembangkan infrastruktur untuk mendukung perkembangan perindustrian di negaranya. Infrastruktur yang dimaksud adalah sistem perkotaan, jaringan komunikasi dan air, hingga pasokan listrik dan kesiapan jalan tol.

"Kita lihat contoh seperti negara China misalnya, mereka mengembangkan infrastruktur itu 50 tahun ke depan. Sehingga mereka begitu masuk, mereka sudah siap dengan sistem perkotaan, kemudian komunikasi, jaringan air, listrik, jalan tol mereka sudah siap," tuturnya.

Dia mengatakan hal pertama yang harus dilakukan bagi Indonesia adalah dengan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang tersedia. Lalu, langkah selanjutnya yang perlu diambil adalah dengan menguasai teknologi, sehingga tidak lagi bergantung pada negara lain.

"Jadi apa yang harus kita lakukan adalah yang pertama kita harus mengembangkan sumber daya manusia yang unggul, kerja keras, disiplin jujur. Kemudian yang ke dua penguasaan teknologi. Saat ini kita masih tergantung dengan teknologi dari luar negeri, inilah saatnya kita harus mandiri secara teknologi," jelasnya.

Lebih lanjut, Rizal mengatakan pasar dalam negeri juga perlu dimaksimalkan. Hal tersebut mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi terbesar ke empat di dunia.

"Kemudian kita harus kembangkan pasar dalam negeri sebaik mungkin. Kita negara terbesar populasi penduduknya yang ke empat dunia. Ini harus kita manfaatkan sehingga kita bisa mengembangkan pasar sebaik mungkin," tandasnya.

Untuk diketahui, Indonesia terhitung berhasil dalam program hilirisasi nikel yang sudah berjalan sejak 2020 lalu.

Berdasarkan catatan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, pada 2017-2018 ekspor nikel hanya mencapai US$ 3,3 miliar. Namun setelah adanya kebijakan larangan ekspor bijih nikel pada 2020, nilai ekspor Indonesia melonjak berkali-kali lipat.

"Pada 2021 (ekspor nikel) mencapai US$ 20,9 miliar. Di 2022 taksiran kami US$ 29 hingga US$ 30 miliar. Itu baru dari satu komoditas (nikel). Berdampak pada peningkatan pajak dan competitiveness dan neraca perdagangan," jelas Bahlil dalam konferensi pers pekan lalu, dikutip Kamis (19/1/2023).


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo