Internasional
China Sebut Militer AS Bandit, Diduga Curi Minyak di Sini

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali memberikan kecaman keras kepada Amerika Serikat (AS). Hal ini terkait sebuah laporan yang menyebut militer Washington telah mencuri minyak dan sumber daya alam di Suriah selama bertugas di negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyebutkan bahwa kelakuan semacam itu telah mengakibatkan Suriah mengalami bencana kemanusiaan yang parah.
Ia juga menambahkan bahwa lebih dari 80% produksi minyak harian Suriah diselundupkan ke luar negeri oleh pasukan 'pendudukan' AS pada paruh pertama tahun 2022.
"Kami dikejutkan oleh keterusterangan dan kehebatan penjarahan AS atas Suriah... Bandit semacam itu memperparah krisis energi dan bencana kemanusiaan di Suriah," katanya dikutip Russia Today, Kamis (19/1/2023).
"Tingkat keserakahan AS dalam mencuri sumber daya dari Suriah sama mencoloknya dengan 'kemurahan hatinya' dalam memberikan bantuan militer yang seringkali berjumlah miliaran atau bahkan puluhan miliar dolar."
"Apakah AS memberi atau menerima, itu menjerumuskan negara lain ke dalam kekacauan dan bencana, dan AS mendapat keuntungan dari hegemoni dan kepentingan lainnya. Ini adalah hasil dari apa yang disebut AS sebagai 'tatanan berbasis aturan'," tambahnya.
Pada 14 Januari lalu, Kantor Berita Arab Suriah (SANA) yang dikelola pemerintah Damaskus melaporkan bahwa sebuah konvoi yang terdiri dari 53 tank yang memuat minyak Suriah yang dicuri dibawa dari provinsi Hasakah negara itu ke pangkalan AS di wilayah Irak. Operasi itu dilakukan bersama militan Kurdi lokal.
Media itu juga menyatakan bahwa 60 truk tambahan menyelundupkan minyak dan gandum curian ke Irak awal bulan ini.
"Hak rakyat Suriah untuk hidup diinjak-injak dengan kejam oleh AS. Dengan sedikit minyak dan makanan yang tersisa, orang-orang Suriah berjuang lebih keras untuk melewati musim dingin yang pahit," tegas Wang lagi.
Pasukan AS pertama kali dikirim ke Suriah pada tahun 2014, dimulai dengan kontingen operator khusus diikuti oleh pasukan darat yang lebih konvensional pada tahun berikutnya.
Meski Presiden AS saat itu, Barack Obama, menyatakan bahwa pengerahan itu hanya difokuskan untuk memerangi ISIS, Washington telah lama campur tangan dalam perang Suriah dengan memberikan bantuan senjata pada kelompok anti pemerintah yang ingin menggulingkan kekuasaan di Damaskus.
Meskipun keterlibatan AS dalam konflik tersebut melambat di bawah pemerintahan berikutnya, pada tahun 2019 Presiden Donald Trump mengatakan beberapa pasukan AS akan tetap berada di Suriah 'untuk minyak', secara terbuka menyarankan Washington hanya akan 'menjaga' sumber daya energi.
Pelaporan selanjutnya pada tahun 2020 kemudian mengungkapkan bahwa pemerintahan Trump telah menyetujui kesepakatan antara perusahaan energi AS dan otoritas Kurdi yang mengendalikan Timur Laut Suriah untuk mengembangkan mengembangkan dan mengekspor minyak mentah kawasan itu.
[Gambas:Video CNBC]
AS Melunak, Longgarkan Rencana Pembatasan Cip Asal China
(luc/luc)