
Tiba-tiba PBB Ngamuk ke Raksasa Minyak Dunia, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk raksasa bahan bakar fosil karena mengabaikan ilmu iklim mereka sendiri. Ia menuduh industri minyak dan gas berusaha untuk memperluas produksi meskipun sepenuhnya mengetahui bahwa model bisnis mereka tidak sesuai dengan kelangsungan hidup manusia.
"Beberapa di Big Oil menjajakan kebohongan besar," kata Guterres dalam pidato khusus di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, mengutip CNBC International, Rabu (18/1/2023).
"Dan seperti industri tembakau, mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban," tambahnya.
Komentarnya muncul tak lama setelah penelitian menunjukkan bagaimana Exxon Mobil, salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, secara akurat meramalkan pemanasan global sejak tahun 1970-an hanya untuk kemudian menghabiskan beberapa dekade melakukan perluasan produksi yang bertentangan dengan penelitian mereka sendiri.
Studi yang diterbitkan minggu lalu di jurnal Science, mengatakan bahwa proyeksi pribadi Exxon tentang kenaikan suhu global seringkali lebih akurat daripada ilmuwan NASA. Namun Exxon sejak itu membantah tuduhan itu.
Makalah penelitian sebelumnya menemukan bahwa Exxon menyadari bahaya pemanasan global sejak akhir 1970-an. Sementara badan industri minyak lainnya mengetahui risiko yang terkait dengan pembakaran bahan bakar fosil setidaknya sejak 1950-an.
Pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak dan gas, adalah penyebab utama darurat iklim. "Setiap minggu membawa cerita horor iklim baru," kata Guterres.
Guterres mengatakan bahwa tanpa tindakan lebih lanjut, umat manusia berada di jalur kenaikan suhu global sebesar 2,8 derajat Celcius. "Konsekuensinya akan sangat menghancurkan. Beberapa bagian dari planet kita tidak akan dapat dihuni. Dan bagi banyak orang, ini adalah hukuman mati," katanya.
"Tapi itu bukan kejutan," kata Guterres. "Ilmu telah jelas selama beberapa dekade. Saya tidak hanya berbicara tentang ilmuwan PBB. Saya berbicara bahkan tentang ilmuwan bahan bakar fosil."
"Saat ini, produsen bahan bakar fosil dan pendukungnya masih berlomba untuk memperluas produksi, karena mengetahui sepenuhnya bahwa model bisnis ini tidak sesuai dengan kelangsungan hidup manusia," lanjutnya.
"Nah, kegilaan ini termasuk dalam fiksi ilmiah, namun kita tahu kehancuran ekosistem adalah fakta ilmiah yang dingin dan sulit."
Ilmuwan iklim terkemuka dunia memperingatkan tahun lalu bahwa perjuangan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius telah mencapai posisi "sekarang atau tidak sama sekali".
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PBB Ungkap RI Dalam Bahaya Besar, Beberkan Fakta Mengerikan Ini