
Bos Freeport Pastikan Smelter Tembaga Beroperasi Mei 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini sedang mengebut penyelesaian proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga terbarunya. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan kepada pemerintah untuk mendukung program hilirisasi bahan mineral mentah di Indonesia.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan saat ini PTFI sedang menggenjot pembangunan smelter yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur. Smelter tersebut ditargetkan bisa mulai beroperasi pada Mei 2024.
Dia menyebut, konstruksi fisik dari proyek smelter ini diperkirakan akan tuntas pada akhir 2023. Setelah itu, selanjutnya akan dilakukan pre-commissioning dan commissioning, sehingga pada Mei 2024 mendatang diperkirakan sudah bisa mulai beroperasi.
"Rencana konstruksi fisik, jadi bangunan fisik dan peralatan-peralatan vital akan selesai pada akhir 2023 ini, dan selanjutnya dilakukan pre-commissioning dan commissioning sehingga diharapkan bulan Mei 2024 sudah bisa mulai start produksi," tuturnya, dikutip Rabu (18/01/2023).
Tony berharap pengerjaan progres smelter tembaga terbaru PTFI bisa terlaksana sesuai dengan jadwal yang sudah ditargetkan. Dia juga mengatakan bahwa PTFI akan terus berusaha secara maksimal agar pembangunan smelter ini bisa beroperasi sesuai dengan kesepakatan dengan pemerintah.
"Diharapkan bisa terjadi di bulan Mei (2024), kita usahakan sesegera mungkin karena schedule-nya seperti itu. Kami semua sub-kontraktor, kami perusahaan semaksimal mungkin untuk bisa mencapai yang sudah disepakati dengan pemerintah," tegas Tony.
Bila smelter ini beroperasi, maka menurutnya smelter ini bisa berkontribusi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, terutama bisa mendorong pengembangan industri hilir lainnya.
"Iya kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi di berbagai sektor tidak hanya dari sektor tembaga tapi juga sektor-sektor lain. Termasuk juga sektor-sektor sumber daya, tentu saja akan berikan nilai tambah lebih besar. Yang lebih penting lagi, industri yang lebih hilir lagi bisa muncul dalam negeri," jelasnya.
Seperti diketahui, proyek smelter senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 600 ribu ton katoda tembaga per tahunnya.
Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100-150 ton perak per tahun.
Hingga 2022, Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$).
Proyek smelter di JIIPE Gresik ini merupakan smelter kedua yang akan dimiliki Freeport.
Saat ini PTFI juga telah memiliki satu smelter yang telah beroperasi - juga berlokasi di Gresik. Perusahaan bekerja sama dengan Mitsubishi membentuk PT Smelting. PT Smelting yang telah dibangun sejak 1996 lalu memproduksikan 300 ribu ton katoda tembaga dari hasil olahan sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya.
Adapun kepemilikan saham PTFI di PT Smelting saat ini baru sebesar 40%. Namun demikian, perusahaan berencana untuk menambah kepemilikan saham menjadi 66%.
Penambahan saham ini karena PT Smelting kini juga dalam proses ekspansi atau peningkatan kapasitas. Adapun peningkatan kapasitas di smelter yang telah ada tersebut direncanakan akan naik 30% atau sekitar 300 ribu ton konsentrat per tahun.
Dengan demikian, kapasitas pengolahan konsentrat tembaga PT Smelting akan naik menjadi 1,3 juta ton dari saat ini 1 juta ton per tahun.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Freeport Lakukan Ini agar Insiden Kebakaran Smelter Tak Terulang