Kabar Baik! Ekonomi Indonesia Ungguli China Tahun Ini

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
12 January 2023 09:04
405655 01: A man walks past the front of the World Bank building May 21, 2002 in Washington, DC. Preliminary tests at the World Bank detected possible anthrax contamination on the bank's mail. The World Bank has been regularly testing its mail for anthrax and a field test of some mail came back positive a day before. (Photo by Mark Wilson/Getty Images)
Foto: Getty Images/Mark Wilson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan menggungguli China sampai 2023. Setelah itu, ekonomi China akan tumbuh melejit meninggalkan pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Berdasarkan Global Economic Prospect edisi Januari 2023, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,2% pada 2022, lebih tinggi dari proyeksi yang dibuat pada Juni 2022 sebesar 5,1%.

Sementara itu, pada 2023, pertumbuhan diperkirakan makin melambat menjadi sebesar 4,8% dan sedikit naik menjadi 4,9% pada 2024. Terutama akibat tekanan perlambatan ekonomi global yang berpotensi memperlambat permintaan ekspor hingga investasi, dipicu konflik Rusia dan Ukraina, tingginya inflasi, serta suku bunga yang tinggi.

"PDB Indonesia diproyeksikan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,9 persen pada tahun 2023-2024, hanya sedikit lebih lambat dari tahun 2022, yang mencerminkan pelemahan namun belanja swasta tetap kuat," tulis laporan Bank Dunia itu dikutip Kamis (12/1/2023).

Sementara itu untuk China, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonominya hanya akan mencapai 2,7% pada 2022, lalu naik ke level 4,3% pada 2023, dan melesat menjadi 5% pada 2024. Kendati begitu, pertumbuhan ini masih jauh lebih rendah dari pertumbuhan pada 2021 sebesar 8,1%.

Bank Dunia mencatat, perlambatan ekonomi China pada 2022 lebih disebabkan dampak pembatasan untuk menangani Pandemi Covid-19, kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan tekanan pada sektor properti. Ini menybabkan tingkat konsumsi, produksi, dan investasi residensial tertahan pada periode itu.

"Penjualan properti, pembangunan rumah baru, dan harga rumah baru terus menurun, dan beberapa pengembang properti gagal membayar kewajiban utangnya," tulis laporan Bank Dunia itu.

Namun, ekonomi China mampu bertahan dan naik pada tahun ini ditopang dukungan fiskal yang berfokus pada infrastruktur, pemotongan suku bunga kebijakan dan rasio persyaratan cadangan, serta langkah-langkah pelonggaran peraturan, termasuk subsidi tunai dan persyaratan uang muka yang lebih rendah.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan diperkirakan melambat menjadi 2,7 persen pada tahun 2022, 1,6 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya-dan, kecuali tahun 2020, laju pertumbuhan terlemah sejak pertengahan 1970-an," kata Bank Dunia.

Adapun pada 2023, pertumbuhan yang diproyeksikan meningkat menjadi 4,3 persen disebabkan karena pencabutan pembatasan selama pandemi. Kebijakan ini akhirnya diperkirakan mampu mendorong belanja konsumen yang selama ini tertahan di negara itu.

"Tapi pertumbuhan ini adalah 0,9 persen poin di bawah prakiraan sebelumnya, terutama karena gangguan terkait pandemi yang lebih lama dari perkiraan, permintaan eksternal yang lebih lemah, dan pelemahan yang berlarut-larut di sektor real estate," tulis Bank dunia.

Gangguan pada ekonomi China pada tahun ini dan ke depan diperkirakan masih berlanjut terutama karena dampak lanjutan dari Covid-19, peristiwa cuaca ekstrem, dan tekanan sektor real estate yang berkepanjangan.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Dunia Jamin RI Tak Resesi, Ekonomi 2023 Bisa Tumbuh 4,9%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular