Pengusaha Kipas-Kipas Duit, Harga Batu Bara Diramal Masih Wow

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pertambangan, khususnya batu bara masih menjadi andalan Indonesia dalam mengerek perekonomian negara. Terbukti, hingga akhir 2022 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pertambangan mineral dan batu bara telah mencapai ratusan triliun dan bahkan melampaui target.
Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 30 Desember 2022, PNBP sektor pertambangan mineral dan batu bara tercatat mencapai Rp 173,51 triliun atau 170,38% dari rencana 2022 sebesar Rp 101,84 triliun.
Kontribusi PNBP ini mayoritas berasal dari subsektor pertambangan batu bara, di mana kontribusinya bisa mencapai 75%-80%.
Melejitnya penerimaan negara ini tak ayal karena pengaruh tingginya harga batu bara selama 2022 lalu. Harga batu bara pada 2022 rata-rata berada di atas US$ 350 per ton.
Bahkan, harga batu bara sempat memecahkan rekor dua kali pada 2022 lalu yakni pada 2 Maret 2022 dengan harga US$ 446 per ton dan pada 5 September 2022 di harga US$ 463,75 ton.
Meski kini trennya menurun, namun harga batu bara masih betah bertahan di atas US$ 350 per ton.
Lantas, bagaimana dengan proyeksi harga batu bara pada 2023 ini?
CEO PT Arutmin Indonesia Ido Hutabarat memproyeksikan harga batu bara pada 2023 ini masih akan berada pada level tinggi, tak jauh berbeda dengan 2022 lalu. Pihaknya memperkirakan harga batu bara pada 2023 ini masih di kisaran US$ 350 - US$ 400 per ton.
Menurutnya, proyeksi ini karena dipicu masih kuatnya permintaan batu bara global pada tahun ini.
"Kalau dilihat index, saya lihat (proyeksi harga batu bara 2023) US$ 350 sampai US$ 400," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Rabu(04/01/2023).
Dia menyebut beberapa faktor yang mempengaruhi lonjakan harga batu bara pada 2022 lalu antara lain perang Rusia-Ukraina, persoalan kekurangan pasokan gas Eropa, kekeringan dan gelombang panas di China dan India, banjir di Australia, hingga larangan ekspor batu bara RI yang sempat diberlakukan pada Januari 2022.
Di sisi lain, pada 2023 ini produksi batu bara dalam negeri diperkirakan juga akan ditingkatkan. Hal ini menimbang permintaan batu bara dari negara Eropa dan negara lainnya yang masih tinggi.
"Balance masih tetap positif, dari supply demand market negatif di 2021, tapi 2022-2023 sedikit surplus karena permintaan Eropa, kemudian penurunan China yang sudah terkompensasi impor negara lain," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Plh Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno. Djoko juga menilai harga komoditas batu bara pada 2023 ini akan berada dalam level US$ 400.
Dia menyebutkan hal tersebut setara dengan harga gas yang ada pada hari ini yaitu US$ 35 per MMBTU.
"Kira-kira antara US$ 350 hingga US$ 400 (per ton) dan itu setara dengan harga gas hari ini US$ 35 (per MMBTU)," ucapnya dalam kesempatan yang sama.
Dengan begitu, dia menilai masih ada harapan bagi komoditas batu bara untuk masih berjaya pada tahun ini, seperti yang terjadi pada 2022 lalu.
"Berdasarkan data-data yang kami kumpulkan dan kami simpulkan kurang lebih keadaan batu bara global seperti kata Pak Ido tadi. Dan dari sisi pengusaha lain juga meramalkan harga batu bara 2023 at the same level, jadi masih ada harapan," tandasnya.
Seperti diketahui, batu bara merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia yang membawa neraca perdagangan surplus 31 bulan beruntun.
Pada 2022 harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak dua bulan ditutup di US$ 389,60/ton dan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang di US$ 464/ton pada 5 September.
Sepanjang tahun lalu, harga batu bara acuan global tersebut mampu melonjak hingga 157%, lompatan harga tertinggi sejak 2008. Meski demikian dari level tertinggi, harga batu bara acuan global telah surut 45%.
Perang Rusia-Ukraina menyebabkan permintaan batu bara dari Eropa meningkat drastis yang pada akhirnya menciptakan keterbatasan pasokan. Meskipun harga telah surut dalam beberapa bulan terakhir, harga batu bara saat ini masih tetap berada pada level yang jauh lebih tinggi dari rata-rata dua tahun terakhir.
Untuk tahun 2023, sejumlah negara termasuk China dan India telah mengumumkan target produksi yang lebih tinggi sebagai bagian dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri secara internal, yang diharapkan dapat mengurangi beban di pasar perdagangan batu bara termal Asia.
Pada perdagangan Selasa (3/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 360,65 per ton. Harganya ambruk 7,43% dibandingkan perdagangan terakhir pada 2022, Jumat (30/12/2022).
Tidak ada perdagangan batu bara pada Senin (2/1/2023) karena libur Hari Tahun Baru. Pelemahan kemarin memutus tren positif harga batu bara yang menguat pada tiga perdagangan hari sebelumnya.
Dalam sepekan, harga batu bara anjlok 2,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga jeblok 6,5% sementara dalam setahun melesat 137,7%.
[Gambas:Video CNBC]
Boro-Boro "Kiamat", Batu Bara RI Makin Bersinar di 2023
(wia)