Sri Mulyani: Harga Minyak Mentah Ada di Pusaran Geopolitik!

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
03 January 2023 13:53
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers: Realisasi APBN  KITA 2022. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers: Realisasi APBN KITA 2022. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan akan selalu memperhatikan harga komoditas, khususnya minyak mentah dunia sebab persoalan ini akan selalu ada di dalam pusaran geopolitik.

Sri Mulyani menjelaskan, sepanjang 2022 harga komoditas mengalami gejolak luar biasa, gas alam meningkat ekstrim, namun turun lagi pada Desember 2022.

Ada juga dari batu bara alias coal yang meningkat signifikan dan belum menurun, hingga akhir Desember masih pada kisaran di atas US$ 400 per ton. Demikian juga dengan harga minyak yang juga mengalami gejolak yang hampir sama dengan harga gas.

Pada pertengahan tahun, harga minyak mentah dunia melonjak tinggi hingga menyentuh harga US$ 126 per barel untuk jenis Brent. Kemudian mengalami penurunan seiring banyak berita pelemahan ekonomi.

"Desember terakhir (harga minyak mentah) pada posisi US$ 83, agak meningkat karena harga komoditas minyak ada di dalam inti pergerakan geopolitik," jelas Sri Mulyani dalam konferensi APBN Kita, Selasa (3/1/2023).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers: Realisasi APBN  KITA 2022. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)Foto: Konferensi Pers: Realisasi APBN KITA 2022. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers: Realisasi APBN KITA 2022. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Di mana terjadinya sanksi yang muncul measure atau langkah untuk cap harga di counter oleh Presiden Putin untuk tak akan menjual minyak kepada mereka yang mengikuti price cap.

"Ini yang menyebabkan komoditas seperti minyak jadi salah satu yang akan bergejolak karena ada di dalam pusaran geopolitik," kata Sri Mulyani lagi.

Tercermin juga dari pergerakan harga seperti CPO Sunflower yang melonjak tinggi, karena supply dari minyak makanan dari Ukraina tidak tersedia.

Kendati demikian, setelah adanya normalisasi terjadi penurunan drastis dari US$ 1.779 per ton, drom menjadi sekira US% 720 usd per ton dan kemudian merambat naik lagi pada kisaran US$ 907 per ton.

Begitu juga dengan wheat alias gandum, yang merupakan komoditas terbesar dari Rusia dan Ukraina yang terpengaruh dari tensi geopolitik. Demikian juga dengan kedelai dan jagung yang turut bergolak harganya karena tensi Rusia-Ukraina.

"2022 diwarnai komoditas gejolak yang luar biasa, karena persoalan supply dan disrupsi sisi supply. Dan di sisi lain terjadi permintaan meningkat seiring dengan kegiatan masyarakat di seluruh dunia yang pulih," jelas Sri Mulyani.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani: Realisasi Kompensasi BBM Capai Rp 104 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular