Jangan Kaget! Nih Ramalan 5 Ekonom Soal Nasib Rupiah di 2023

Anisa Sopiah & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
04 January 2023 06:25
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diproyeksikan masih belum akan 'bertenaga' pada 2023. Sebab, pergerakan rupiah sangat tergantung seberapa besar tekanan dari eksternal.

Pada perdagangan terakhir pada 2022, yakni Jumat (30/12/2022), rupiah berada pada level Rp 15.592 per dolar Amerika Serikat (AS), turun 9,31% dibandingkan pada perdagangan terakhir 2021 yakni pada level Rp 14.263/US$.

Sampai 21 Desember 2022, rupiah terdepresiasi 8,56%, lebih rendah dibandingkan dengan mata uang lainnya seperti China yang terdepresiasi 8,96% dan India sebesar 10,24%.

Pelemahan nilai tukar rupiah sepanjang 2022 juga sejalan dengan lebih besarnya dana asing, dibandingkan yang masuk ke pasar tanah air.

Data BI menyebutkan, sejak 1 Januari hingga 29 Desember 2022, dana asing atau non residen menjual neto Rp 128,98 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Sementara non residen beli neto hanya sebesar Rp 61,02 triliun di pasar saham.

Pun, pada perdagangan di awal 2023, Senin (2/1/2022), rupiah batal menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Padahal pada awal sesi perdagangan rupiah menguat cukup tajam hingga mencapai Rp 15.500/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan pada level Rp 15.570/US$, melemah tipis 0,03% di pasar spot.

Kombinasi faktor eksternal dan internal, sama-sama akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Kenaikan suku bunga acuan, kenaikan indeks dolar AS, dan potensi terjadinya capital flight menjadi salah satu hal yang dapat menekan rupiah.

Tekanan eksternal masih akan menjadi faktor besar penggerak pasar. Pada 2023, rupiah masih akan dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global. Seperti risiko perlambatan ekonomi global, serta inflasi dan suku bunga acuan yang masih tinggi di beberapa negara.

Berikut ramalan pergerakan rupiah pada 2023 oleh para 5 ekonom:

1. BCA

Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, potensi pelemahan rupiah masih ada, karena bank sentral global, terutama The Fed masih menjalankan kebijakan moneter yang ketat.

"Jadi mereka kemungkinan melanjutkan kebijakan ini di awal tahun," jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (3/1/2022).

Adanya kebijakan moneter yang ketat tersebut, tekanan rupiah masih akan berlanjut. Namun tidak sedrastis pada 2022.

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada level Rp 15.600 hingga Rp 16.000 per dolar AS pada sepanjang 2023.

"Jadi potensi pelemahan ada, tapi tidak sedrastis pada 2022. Saya melihat pergerakan rupiah masih ada tapi tidak sedrastis tahun ini. Saya melihat masih di Rp 15.600 hingga Rp 16.000 (per dolar AS)," ujar David.

2. Bank Mandiri

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan pergerakan rupiah pada 2023 masih akan berada pada kisaran Rp 15.200 per dolar AS.

Alasannya karena tekanan dari eksternal masih ada, yakni bank sentral paling berpengaruh di dunia alias The Fed masih akan terus melanjutkan kenaikan suku bunga, meskipun dalam tingkat lebih rendah pada 2023, dan baru akan dipangkas pada 2024.

"Selain itu, dampak normalisasi kebijakan moneter dan adanya risiko perlambatan ekonomi dunia, juga berdampak pada neraca transaksi berjalan kita dan juga capital inflow," jelas Faisal.

3. Bank Danamon

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan, rupiah secara rata-rata masih akan terdepresiasi seperti yang terjadi pada 2022.

"Hal ini karena surplus neraca dagang yang akan mengecil, di tengah impor yang naik akibat permintaan domestik membaik," jelas Faiz.

Sementara pada akhir tahun 2023, kemungkinan terjadinya penguatan rupiah atau apresiasi secara level. Karena pada semester II-2023 akan terjadi inflow ke pasar obligasi atau bond market.

Secara rata-rata pada 2023, Faiz memperkirakan rupiah kemungkinan akan bergerak pada level Rp 15.200 hingga Rp 15.400 per dolar AS.

4. Indef

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2023 akan berada pada kisaran Rp 16.000.

Proyeksi Eko tersebut jauh dari asumsi pemerintah yang sebesar Rp 14.800/US$.

"Karena kami mempertimbangkan dampak kenaikan suku bunga pada tahun ini, membuat dolar semakin kuat," jelas Eko.

"Ekspor juga sepertinya akan melambat, membuat cadangan devisa berisiko turun," kata Eko lagi.

Di sisi lain, ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif, sehingga biasanya impor meningkat dan permintaan dolar AS pun juga akan tinggi. Akibatnya kurs dapat terdepresiasi.

5. Celios

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada pada kisaran Rp 15.800 hingga Rp 16.100 pada 2023.

Tekanan akibat pengetatan kebijakan negara maju masih menimbulkan risiko terhadap pergerakan nilai tukar.

Selain itu moderasi harga komoditas juga akan menekan penguatan rupiah, karena surplus perdagangan mengecil.

"Rupiah proyeksinya berada pada kisaran Rp 15.800 sampai Rp 16.100 per dolar AS," jelas Bhima.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Ini Nih Yang Bikin Warga RI Doyan Nabung Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular