Bukan Cuma China, AS Juga Was-Was Varian Baru 'Ledakan' Covid

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
02 January 2023 21:50
Workers in protective suits walk outside the Shanghai Railway Station as coronavirus disease (COVID-19) outbreaks continue in Shanghai, China, December 8, 2022. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat baru saja menetapkan daftar varian Covid-19 baru. Varian XBB 1.5 dikhawatirkan bisa menyebabkan peningkatan kasus baru usai musim liburan kali ini.

Kenaikan kasus di AS tercatat mencapai 40% dari sebelumnya 20% pekan lalu. Di wilayah Timur Laut disebutkan 75% kasus merupakan XBB 1.5. Di China juga ada kekhawatiran tingginya kasus memicu varian baru.

Direktur Divisi Coronavirus dan Virus Pernapasan Lain CDC, Barbara Mahon menjelaskan tidak ada indikasi varian menyebabkan penyakit lebih parah dari virus omicron lain. Soal rawat inap, dia menjelaskan memang ada peningkatan namun di Timur Laut hal itu belum terjadi.

"Kami melihat rawat inap telah meningkat secara keseluruhan di seluruh negeri. Mereka nampaknya tidak mencatat lebih banyak di area dengan lebih banyak XBB 1.5," jelasnya, dikutip dari NBC News, Senin (2/1/2023).

Sementara itu, banyak ahli yang juga khawatir varian tersebut dapat menangkal antibodi yang diciptakan vaksin Covid-19 dan infeksi sebelumnya.

XBB 1.5 merupakan bagian dari varian omicron XBB. Ini berasal dari subvarian omicron BA.2.10.1 dan BA.2.75.

Gabungan daari XBB dan XBB 1.5 membuat 44% kasus di AS. Jumlah tersebut lebih tinggi dari varian omicron lainnya yang pernah ada.

Hingga saat ini menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada 70 negara yang telah melaporkan keberadaan kasus XBB. Varian tersebut menyebabkan lonjakan kasus di sejumlah negara di Asia seperti India dan Singapura pada bulan Oktober lalu.

Berdasarkan sebuah studi, XBB bisa menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya atau vaksin Covid-19. Artinya seseorang bisa terpapar virus lagi dengan menunjukkan gejala terkait.

Namun berdasarkan kasus XBB di Singapura, Rick Bright yang merupakan ahli imunologi mengatakan tidak ada lonjakan rawat inap dan kematian di sana. Menurut kesimpulannya hal itu terjadi karena populasi negara tersebut telah divaksinasi termasuk dengan pemberian dosis booster.

"Kami itu pikir itu karena sebagian besar populasi di Singapura telah divaksinasi dengan vaksin dan booster terbaru," kata Bright.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular