RI Bakal Kebanjiran Tembaga, Tapi Sayang Cuma Buat Ekspor?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
27 December 2022 13:30
Tutup Katoda Tembaga di Escondida, Chile. (Getty Images/Construction Photography/Avalon)
Foto: Tutup Katoda Tembaga di Escondida, Chile. (Getty Images/Construction Photography/Avalon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas memprediksi Indonesia bakal kebanjiran katoda tembaga pada 2024 mendatang.

Hal tersebut menyusul beroperasinya dua pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga milik PTFI di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur dan smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kedua smelter tembaga tersebut diperkirakan bisa menambah sekitar 800 ribu ton katoda tembaga, dari saat ini hanya sekitar 300 ribu ton per tahun.

Dengan adanya tambahan produksi katoda tembaga tersebut, maka katoda tembaga di dalam negeri pada 2024 diperkirakan akan semakin surplus. Dia menyebut, dengan produksi katoda tembaga yang ada saat ini sebesar 300 ribu ton, yang mampu diserap dalam negeri hanya separuhnya, yakni 150 ribu ton per tahun.

Seperti diketahui, produksi katoda tembaga saat ini berasal dari smelter PT Smelting, yang dimiliki PT Freeport Indonesia bersama dengan Mitsubishi Materials Corporation (MMC), yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur.

"Sekarang ini sebenarnya sudah surplus, yang diproduksi oleh PT Smelting sekarang 300 ribu ton, dan itu separuhnya 150 ribu ton masih diekspor. Jadi konsumsi dalam negerinya memang 150 ribu ton," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (27/12/2022).

Oleh sebab itu, Tony berharap industri di dalam negeri dapat menyerap kelebihan pasokan katoda tembaga dengan beroperasinya dua proyek smelter baru tersebut. Dengan begitu, maka katoda tembaga dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dalam negeri.

"Ini kan sangat disayangkan kalau seandainya katoda tembaga tersebut harus diekspor. Jadi diharapkan industri yang lebih hilir lagi bisa muncul di Indonesia," ucapnya.

Ia pun mendorong agar katoda tembaga dapat diolah menjadi produk yang lebih hilir lagi oleh industri pengguna akhir (end user). Dengan demikian, hal tersebut dapat menarik minat para investor untuk membangun industri-industri turunan lainnya di Indonesia.

Perlu diketahui, saat ini Freeport tengah membangun satu smelter baru di JIIPE, Gresik. Awal pembangunan alias ground-breaking smelter turut disaksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2021 lalu.

Tony mengatakan, saat ini kemajuan pembangunan smelter tersebut sudah mencapai 47,4%. Dan sampai akhir tahun ini menurutnya progres pembangunan diperkirakan bisa mencapai 50%.

Smelter dengan nilai investasi US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini disebutkan akan menjadi smelter single line terbesar di dunia.

Smelter ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi produk 600 ribu ton katoda tembaga per tahun. Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100-150 ton perak per tahun.

Saat ini PTFI juga telah memiliki satu smelter yang telah beroperasi - juga berlokasi di Gresik. Perusahaan bekerja sama dengan Mitsubishi membentuk PT Smelting. PT Smelting yang telah dibangun sejak 1996 lalu memproduksikan 300 ribu ton katoda tembaga dari hasil olahan sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya.

Perlu diketahui, PT Smelting kini juga dalam proses ekspansi atau peningkatan kapasitas. Adapun peningkatan kapasitas di smelter yang telah ada tersebut direncanakan akan naik 30% atau sekitar 300 ribu ton konsentrat per tahun. Ini artinya, produksi katoda tembaga akan semakin besar lagi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesuai Aturan, Ekspor Konsentrat Freeport-Amman Berhenti Per 1 Januari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular