
Fenomena Mal Sepi Mulai 'Hantui' Jakarta dan Serpong
Sepanjang 2022 di jantung ibu kota Jakarta beberapa mal terpantau sepi dan banyak toko yang tutup, efek pandemi masih terasa sepanjang tahun ini.

Suasana sepi di Mall Grand Paragon, Jalan Gajah Mada, Jakarta, Kamis (18/8/2022). DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan jumlah mal terbanyak. Hal itu mengacu pada situs resmi Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI, tercatat ada 96 mal tersebar di wilayah Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo/File Photo)

Suasana sepi di Plaza Semanggi, Jakarta, Senin (15/8/2022). Plaza Semanggi termasuk, mal-mal legendaris yang dulu jadi primadona bagi masyarakat. Tak hanya untuk tempat berbelanja, tapi juga tempat nongkrong dan rekreasi singkat. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo/File Photo)

Suasana lengang di Blok M mall, Jakarta. Berdasarkan hasil pantauan CNBC Indonesia tampak toko-toko tutup pada 2022. Sebagian statusnya ditawarkan untuk sewa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto/File Photo)

Sejumlah anak melewati bangunan Serpong Plaza yang kosong tak berpenghuni di Kawasan Jalan raya Serpong, Tangerang, Selasa (25/1/2022). Mall Serpong yang berada di Jalan Raya Serpong, Serpong, Tangerang Selatan ini sudah tidak digunakan dan terkesan menyeramkan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo/File Photo)

Suasana hening di Great Western Grand Serpong Mall di kawasan Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (25/1/2022). Pusat perbelanjaan ini ditinggalkan pengunjungnya. Selain itu, buruknya pengelolaan menjadi salah satu penyebab pusat perbelanjaan ditinggalkan juga oleh penyewanya. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo/File Photo)

Sebelum pandemi, mall-mall di Jakarta merupakan tempat nongkrong bagi warga Jakarta dan sekitarnya dari berbagai kelompok. Mulai dari mahasiswa kampus yang terletak di sebelahnya, karyawan perkantoran di sekitar, bahkan pengunjungnya yang adalah segmen keluarga. (Cnbc Indonesia/Tri Susilo/File Photo)

Terjadinya perubahan model bisnis dalam proses jual beli, yang sebelumnya biasa dilakukan tatap muka atau membeli langsung dari tokonya, kini dilakukan secara online. Namun ternyata, bukan hanya karena terjadinya perubahan model bisnis yang menyebabkan mal legendaris di ibu kota menjadi sepi, melainkan adanya pergeseran fungsi pusat perbelanjaan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)