Bongkar Alasan Tergiur Beli, Pembeli Meikarta Akhirnya Nyesal

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
24 December 2022 16:15
Sejumlah anggota dari Perkumpulan Komunitas Peduli Konsumen Meikarta yang terdiri dari pembeli Apartemen Meikarta melakukan Penyampaian Aspirasi di Bank NOBU Plaza Semanggi, Senin (19/12/2022). Mereka menuntut (pengembalian dana (refund) ke Bank NOBU bagi anggota yang menggunakan KPA dalam pembelian apartemen Meikarta.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Sejumlah anggota dari Perkumpulan Komunitas Peduli Konsumen Meikarta yang terdiri dari pembeli Apartemen Meikarta melakukan Penyampaian Aspirasi di Bank NOBU Plaza Semanggi, Senin (19/12/2022). Mereka menuntut (pengembalian dana (refund) ke Bank NOBU bagi anggota yang menggunakan KPA dalam pembelian apartemen Meikarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masih belum juga mendapatkan kepastian dari unit yang dibelinya, para konsumen megaproyek Meikarta masih terus melancarkan aksi protesnya.

Tak ingin janji manis lainnya, para konsumen hanya menuntut uangnya dikembalikan.

"Refund harga mati," tulis para konsumen Meikarta saat melancarkan aksi protes di Bank Nobu Plaza Semanggi, Senin (19/12/2022) yang lalu.

Dari berbagai cerita yang dihimpun CNBC Indonesia, pembeli Meikarta masih menjalankan kewajiban pembayaran cicilan untuk unit yang mereka beli. Namun, karena tak kunjung mendapatkan unitnya, dari seharusnya tahun 2019-2020, pembeli mengaku mulai terbebani dan keberatan.

Sebab, selain untuk hunian, apartemen yang dibeli seyogianya hendak dijadikan sebagai alat investasi. Sebelumnya, ada pembeli yang mengaku harus mengorbankan uang les anak untuk membayar cicilan, ada yang terpaksa harus terus membayar karena takut BI Checking, namun ada juga yang mulai ngos-ngosan.

Seperti Junita Pardede. Dia mengaku, membeli satu unit apartemen tipe 1BR dengan luas 35 m2, yang berada di distrik 3.

Ironisnya, Junita sebelumnya adalah juga bagian dari tim pemasaran Meikarta. Dia mengaku tergiur dengan iklan Meikarta.

"Awalnya, karena saya marketingnya pada masa itu. Otomatis saya tahu dong harga kisaran apartment di Jakarta, waktu itu harga Meikarta murah banget yah. Sama iklan dia yang bombastis terus desainnya dia, dan konsepnya dia, semua orang terpukau dong. Ditambah harganya yang murah banget," kata Junita kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (24/12/2022).

"Waktu itu di tahun 2017, saya tahu kisaran apartemen sekitaran Bekasi dan sekitarnya itu Rp 17 juta per meter. Waktu itu saya beli Meikarta dengan luasan 35 m2 itu nggak nyampe Rp 300 juta, hanya di Rp 260 jutaan. Jadi kisarannya per meter Rp 7 juta, kan murah banget. Saya pikir bedanya ini Rp 10 juta. Nah itu alasan awal saya, mengapa saya tertarik beli unit di Meikarta," jelasnya.

Dia pun mengaku sempat tetap optimis dengan megaproyek Meikarta, meski sudah banyak orang yang menyarankan berhenti melanjutkan pembayaran cicilan.

Sebab, seperti diketahui, sejak awal promosi medio 2016, proyek ini kerap mendapat sentimen negatif, mulai dari kasus suap, hingga digugat vendor.

"Kalau mengenai perizinan intinya semua kan mereka sambil berjalan, makanya aku masih positif, apalagi dia developer besar. Mengenai perizinan saya (juga sempat bertanya) kepada leader saya, mereka jawabnya 'sudah' dan 'izinnya ada'. Karena saya lama di properti jadi saya paham untuk perizinan memang sambil berjalan pembangunan," tuturnya.

"Nah sebelumnya, walaupun waktu itu sudah banyak yang bilang ke saya 'udah nggak usah lanjut', tapi saya masih berpikir positif terus sama Meikarta, dan saya juga mikir, saya sudah masuk duit banyak juga," tambah Junita.

Hanya saja, kata dia, akhirnya harus menyerah dan berhenti melanjutkan pembayaran. Menyusul adanya putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dikeluarkan oleh Meikarta pada saat itu.

"Saya setop cicilan sejak November 2020. Sebenarnya, saya sudah dari bulan Juni itu mau berhenti, tapi saya masih berpikir positif mengenai proyek Meikarta. Tapi saat PKPU, di situlah saya hentikan, saya putuskan untuk berhenti. Saya pikir, kalau menunggu sampai tahun 2027 serah terima kelamaan juga, terus berat juga dengan hasil PKPU, makanya dari pada lebih banyak kerugian, lebih baik saya setop bayar," tuturnya.

Sejak mulai memutuskan membeli hingga berhenti membayar cicilan, dia mengaku sudah merugi sekitar Rp 90 juta.

"Saya pikir, mumpung saya masih kuat kerja, ya udah saya beliin aset untuk hari tua saya, kayak gitu sih rencana awalnya. Buat disewa-sewakan, atau nanti di hari tua kalau saya udah butuh untuk kebutuhan akhir-akhir bisa saya jual," curhatnya.

"Saya kalkulasi, termasuk DP dan uang yang sudah masuk ke bank, (kerugian saya) di sekitar Rp 90 juta," pungkasnya.


(Martyasari Rizky/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Diusir, Pembeli Meikarta 'Nangis' di Depan Bank Nobu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular