Imbas Kebijakannya, Jokowi Bisa Kehilangan Setoran Rp14,8 T

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 22/12/2022 14:05 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo Memberikan Keterangan Pers di Istana Merdeka, 21 Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai rencana pemerintah untuk menutup keran ekspor bijih bauksit pada tahun depan diperkirakan dapat menggerus devisa negara. Adapun devisa negara yang hilang diproyeksikan dapat menembus triliunan rupiah.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mengatakan meski tidak begitu besar, namun devisa negara yang hilang diperkirakan dapat mencapai US$ 750 - 950 juta atau Rp 11,68 - 14,80 triliun (asumsi kurs Rp 15.580/US$). Hal tersebut diperkirakan dengan perkiraan total produksi sekitar 30 juta ton pada tahun 2023 dan harga perkiraan sekitar US$ 30.00 - 50.00 per ton.

"Devisa yang hilang tentu saja tidak terlalu besar diperkirakan sekitar US$ 750 - 950 juta dengan perkiraan total produksi sekitar 30 juta ton pada tahun 2023 dan harga perkiraan sekitar US$ 30.00 - 50.00 per ton," kata Rizal kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/12/2022).


Meski begitu dengan adanya program hilirisasi yang digencarkan oleh pemerintah, diharapkan nilai tambah dari pengolahan bijih bauksit dapat meningkat signifikan. Terutama setelah semua smelter yang ditargetkan dapat beroperasi secara penuh.

Rizal berharap dalam menutup keran ekspor bijih bauksit pada tahun depan, pemerintah juga perlu serius mempersiapkan pembangunan industri hilir sampai manufaktur. Hal ini dilakukan supaya serapan bijih bauksit di dalam negeri bisa maksimal.

"Kerugiannya tentu bagi perusahaan yang tidak bisa membangun smelter/refinery dan bijih bauksit hasil produksi tambangnya tidak bisa terserap, maka konsekuensinya adalah menutup tambangnya. Akibatnya tentu ada PHK karyawan, penghentian kontraktor dan supplier serta terhentinya manfaat community development bagi masyarakat sekitar," kata dia.

Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto menjelaskan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau (smelter) untuk bijih bauksit di dalam negeri sebetulnya belum mampu untuk menampung produksi yang ada saat ini. Pasalnya, dari rencana target beberapa pembangunan smelter bauksit di dalam negeri, hanya dua unit smelter saja yang baru terbangun.

Sementara itu, berdasarkan catatan Ronald, saat ini produksi bijih bauksit dari 28 perusahaan di dalam negeri totalnya bisa mencapai 56 juta ton per tahun. Sedangkan, dua smelter yang beroperasi tersebut hanya mampu mengolah bijih bauksit sebesar 12 juta ton per tahun.

"Maka akan ada selisih 44 juta ton per tahun, mau dikemanain? Belum lagi soal harga beli smelter bisa seenaknya saja menetapkan harga," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/12/2022).


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Sowan ke Jokowi, Bahas Diplomasi & Komoditas Strategis