
Ternyata Harta Karun Bahan Nuklir Murah, Segini Harganya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akhirnya resmi membuka izin tambang galian nuklir di Tanah Air. Hal tersebut seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) periode 2013-2018 Djarot Sulistyo mengungkapkan bahwa berdasarkan PP No.52 Tahun 2022 tersebut, baik pemerintah maupun swasta dapat mengolah bahan galian nuklir yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki potensi bahan galian nuklir berupa uranium dan thorium. Berdasarkan data BATAN, potensi uranium di Indonesia mencapai sebesar 88 ribu ton dan untuk jenis thorium memiliki potensi sebesar 140 ribu ton dari seluruh Indonesia.
Namun, dengan potensi yang besar tersebut, Djarot justru menilai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama yang nantinya akan dibangun di Indonesia lebih baik menggunakan bahan uranium dari luar negeri saja.
Dia beralasan, hal ini menimbang bahwa uranium yang diimpor harganya akan lebih murah dibandingkan jika Indonesia memproduksi uranium sendiri.
Dia menyebutkan bahwa harga uranium yang diimpor dari luar negeri memiliki harga "hanya" US$ 150 per kilo gram. Hal itu dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan harga tambang lain seperti emas yang memiliki harga lebih mahal yaitu US$ 53 per gram.
"Tapi saya duga PLTN pertama nanti masih impor (uranium) dulu. Karena uranium itu murah hanya US$ 150 per kilo gram (kg). Bandingkan dengan emas kan US$ 53 per gram," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (21/12/2022).
Selain itu, pertimbangan lain menurut Djarot, adalah pelan-pelan Indonesia bisa menggunakan uranium produksi dalam negeri jika PLTN yang dibangun sudah mencapai lima PLTN. Terlebih, Indonesia juga belum memiliki fasilitas pemurnian uranium dalam negeri.
"Saya sarankan itu (uranium) beli saja dulu, nanti pelan-pelan kita punya PLTN banyak, lima lebih gitu, ini bisa menjadi daya tarik. Apalagi kalau kita mau uranium, kita belum punya fasilitas, harus kita perkaya dulu ke luar negeri baru kita bawa masuk ke Indonesia," jelasnya.
Namun begitu, Djarot mengungkapkan eksplorasi dan eksploitasi uranium yang ada di dalam negeri bisa dilakukan kapan saja, tanpa menunggu PLTN dibangun. Hal itu dicontohkan seperti negara Australia yang juga memiliki tambang uranium, namun tidak memiliki PLTN di sana.
"Tentu saja eksplorasi eksploitasi uranium bisa kita lakukan kapan saja, itu bisa oleh konsorsium misalnya. Kita bisa kerja sama dengan negara lebih matang dewasa, Australia atau negara lain. Itu tidak tergantung dengan kapan kita punya PLTN. Sekali lagi contoh Australia itu nggak punya PLTN," tuturnya.
Melansir data Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.
Dari total tersebut bahan baku pun tersebar di beberapa kota, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.
Berdasarkan data dari World Nuclear Association pada 2019, cadangan uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton.
Kemudian, disusul oleh Kazakhstan di urutan kedua dengan porsi kontribusi sebesar 15% dari total cadangan dunia. Kanada di urutan ketiga dengan cadangan uranium mencapai 564,9 ribu ton atau setara 9% dari cadangan dunia.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ancaman Perang Nuklir Nyata, RI Punya Bahan Bakunya..