
Terungkap! Pulau Seram di RI Simpan "Harta Karun" Terpendam

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang dianugerahi berbagai jenis sumber daya alam (SDA), termasuk komoditas energi yang begitu melimpah termasuk potensi cadangan Minyak dan Gas.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian ESDM ternyata cadangan gas bumi terbukti paling banyak berada di wilayah Maluku, yakni 13.988 miliar kaki kubik persegi (billion square cubic feet/BSCF).
Jika dilihat kondisi geologi, provinsi Maluku terletak pada pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia, pasifik, dan Australia. Tentu saja dengan adanya pertemuan lempeng tersebut menyebabkan adanya struktur - struktur geologi, salah satunya adalah cekungan.
Maluku juga terdari dari banyak sekali jenis karang dank koral yang jika mati dan terakumulasi maka bisa menjadi reservoir migas yang baik. Maluku memiliki beberapa sumber daya migas yang baik yaitu cekungan hidrokarbon di bula juga blok masela yang sudah sangat terkenal.
Cekungan Hidrokarbon di Bula, Pulau Seram
Bula sebagai Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur. Bula terkenal sebagai Kota Minyak dikarenakan banyak ditemukan pompa minyak bumi sejak zaman penjajahan Belanda.
Sedangkan zona reservoir berada di kedalaman sekitar 2500 - 4000 m di bawah permukaan dengan rentan nilai resistivitas 32 - 1024 Ωm yang diduga merupakan batu pasir (sandstone) dari Formasi Kanikeh. Yang cukup berpotensi untuk menjadi projek eksplorasi ke depannya.
Untuk diketahui wilayah kerja Bula terletak di wilayah administrasi daratan Kabupaten Seram Bagian Timur (Kab. SBT) di Pulau Seram dengan cakupan area sekitar 35 kilometer persegi.
Produksi migas WK Seram Bula saat ini berasal dari Lapangan Bula yang tersebar di sekitar Kota Bula, Ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur di Pulau Seram yang berjarak lebih kurang 300 kilometer di sebelah timur Kota Ambon. WK Seram Bula memiliki 4 Lapangan Minyak yaitu Bula Lemun, Bula Tenggara, Bula Air, dan Kampung Denser.
Tim Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Konvensional Seram Onshore, Pusat Survei Geologi mengungkapkan potensi hidrokarbon dan penyebarannya pada daerah baru di bagian Onshore Pulau Seram.
Seperti diketahui bahwa banyak survei terdahulu yang telah dilakukan di Pulau Seram, khususnya bidang minyak dan gas bumi serta tektonik di cekungan Seram namun belum ditemukan cadangan migas baru.
Tim menemukan beberapa singkapan batuan serpih karbonan dengan kandungan bahan organik tinggi sebagai batuan sumber pada Formasi Kanikeh berumur Trias Tengah - Jura Atas (247.2 - 157.3 Juta Tahun Lalu) dengan nilai TOC berkisar 0,69 - 3.73 %, Tmax yaitu 367-454 oC, nilai HI 1-229 mg/g dan OI yaitu 1-61mg/g.
Selain itu ditemukan pula formasi batuan yang diperkirakan menjadi batuan reservoir yaitu batu pasir dengan porositas total 2,26-35,87 % dan Batu gamping Formasi Manusela berumur sekitar 237 - 157.3 Juta Tahun Lalu dengan kisaran porositas total yaitu 1,95-2,67%.
Sejarah kegiatan eksplorasi Cekungan Bula telah dilakukan sejak lama sampai Royal Dutch Shell menemukan minyak bumi di Bula pada tahun 1895. Sumur Bula kemudian berproduksi lebih dari 8 juta barrel dari 1913 sampai dengan Pulau Seram dievakuasi Jepang pada Tahun 1944.
Kontrak PSC (Seram PSC) pertama kali ditandatangani pada 1 November 1969 oleh Pertaminan bersama dengan Gulf & Western untuk memulai kegiatan perminyakan di Bula dalam jangka waktu 30 tahun.
Kemudian Kontrak Kerja Sama WK Seram Bula baru ditandatangani kembali oleh Kalrez Petroleum (Seram) Ltd yang bertindak sebagai Operator tunggal pada tahun 1999 sampai dengan November 2019, yang kemudian dilanjutkan perpanjangan Kontrak Kerja Sama hingga 20 tahun.
Blok Masela
Selain Bula, ada juga Blok masela merupakan sebuah kilang gas alam yang sangat besar dan terdapat di kabupaten Maluku barat daya. Blok Masela diperkirakan merupakan cadangan gas alam terbesar yang ada di dunia dan tentu saja sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik.
Menurut SKK Migas produksi Blok Masela berada di kisaran US$ 65/barel. Maka, harga LNG berkisar US$ 7,4 mmbtu dan gas pipa US$ 6 per mmbtu. Dengan harga tersebut, pemerintah kira- kira akan menerima sekitar US$ 39 miliar atau setara Rp 542,49 triliun jika blok masela berjalan lancer pada 2027 sampai 2055.
Sebagai informasi, Blok Masela dengan operator PT Inpex Inpex Masela Limited dengan luas area saat ini lebih kurang 4.291,35 km2, terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter.
Kendati punya 'harta karun' yang melimpah dan memang sangat menjanjikan akan tetapi hal tersebut tidaklah gampang untuk dapat diraih. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan hal - hal di atas.
Seperti cekungan hidrokarbon yang perlu diperluas lagi eksplorasinya agar lebih meyakinkan investor untuk dating dan mengebor di daerah tersebut lebih lanjut. Begitu pun dengan blok masela yang sampai sekarang tidaklah jelas kemana arahnya.
Banyak hal yang mengganggu jalannya pembangunan blok masela seperti turunnya harga gas dunia, pendemi covid-19, hengkangnya investor, juga kendala pencemaran lingkungan yang harus diatasi.
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun Migas RI Belum Digarap, Tersimpan di 70 Cekungan!
