Harta Karun di Lumpur Lapindo & Mimpi RI Jadi 'Raja' Baterai

pgr, CNBC Indonesia
Jumat, 16/12/2022 13:40 WIB
Foto: Kondisi terkini lumpur lapindo. (Tangkapan layar Google maps)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia bermimpi menjadi raja baterai listrik dunia. Wajar jika Indonesia bermimpi setinggi ini, tatkala memiliki bahan baku pendukung pembuatan baterai kendaraan listrik yang lengkap.

Bahan baku itu diantaranya nikel, mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element bahkan yang terbaru ternyata Indonesia memiliki mineral kritis berupa Lithium dan Stronsium.

Sebagai gambaran, berdasarkan data USGS pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019, mengutip dari Booklet Nikel yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020, jumlah cadangan nikel RI tercatat mencapai 72 juta ton nikel (termasuk nikel limonite/ kadar rendah). Jumlah ini mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia sebesar 139.419.000 ton nikel.


Sementara untuk mineral logam tanah jarang, Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM mencatat, Logam Tanah Jarang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Diantaranya adalah: Provinsi Sumatera Utara sebanyak 19.917 ton.

Kemudian di Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah LTJ berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak LTJ Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah LTJ Laterit 443 ton.

Nah, untuk melengkapi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik, harus ada kandungan Lithium di dalamnya. Saat ini pemerintah melalui Badan Geologi Kementerian ESDM sedang melakukan penelusuran terkait adanya kandungan Lithium dan Stronsium di dalam Lumpur Lapindoi, Sidoarjo, Jawa Timur. "Ini terus kami update datanya karena untuk tahun 2022 masih dalam analisis dilaboratorium kami," ungkap Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto kepada CNBC Indonesia, Dikutip Jumat (15/12/2022).

Di tahun 2022 ini juga, Badan Geologi terus menindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahulan di daerah sisi utara Lumpur Lapindo, Sidoarjo. Sekarang temuan yang sudah ada sedang dilakukan pengujian ekstraksi oleh mitra di Kementerian ESDM tepatnya di balai besar pengujian mineral dan batu bara atau TEKMIRA.

Tak hanya itu, ada juga kerjasama dalam hal pengujian dan eksplorasi serta ekstraksi atas Lithium dan Stronsium tersebut.

Ada di Pelupuk Mata Tapi Dicari Hingga Australia

Seperti yang diketahui, untuk mencari Lithium dalam pengembangan baterai kendaraan listrik di Idonesia. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam perhelatan KTT G20 di Bali beberapa waktu sampai merayi Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese untuk bekerja sama memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia. Jokowi meminta Albanese untuk langsung membawa lithium ke Indonesia.

"Saya hanya menawarkan kepada PM Anthony Albanese. Kita (Indonesia) punya nikel, kalau digabung itu bisa jadi baterai mobil listrik. Saya minta kepada PM Albanese untuk lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia. Kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia," kata Jokowi dalam acara B20 Summit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).

Seperti diketahui, sebelumnya area Lumpur Lapindo ini masuk ke dalam wilayah kerja (WK/Blok) minyak dan gas bumi (migas) Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.

Adapun Minarak Brantas Gas Inc adalah bagian dari Grup Bakrie. Berdasarkan laporan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada bagian transaksi dengan pihak-pihak berelasi diketahui bahwa Minarak Brantas Gas Inc. adalah perusahaan yang dahulu bernama Lapindo Brantas Inc.

Corporate Secretary Minarak Group Ananda Arthaneli mengakui pihaknya juga masih menunggu regulasi dari pemerintah terkait skema pengelolaan kandungan mineral kritis maupun logam tanah jarang di Lumpur Sidoarjo ini. "Saat ini kami juga sedang menunggu regulasi pemerintah mengenai skema pengelolaannya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/12/2022).

"Karena LuSi (Lumpur Sidoarjo) sudah merupakan bagian dari kami, dinamika yang ada di sana senantiasa selalu kita amati," ujarnya.

Menurutnya, skema pengelolaan lithium di Lumpur Sidoarjo ini masih ditunggu pihaknya karena bagaimana pun ada sebagian wilayah terdampak berada di area milik perusahaan. "Sedangkan skema pengelolaannya merupakan domain pemerintah, walaupun secara kewilayahan ada sebagian wilayah terdampak berada di area kami," ucapnya.

Kendati demikian, pihaknya mengakui bahwa kandungan mineral di Lumpur Sidoarjo ini sudah diteliti dan dipublikasikan secara terbatas pada 2008.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Bio Farma Bikin Kualitas-Distribusi Vaksin Cs Naik Kelas