Resep Sri Mulyani, Ramu Kebijakan Saat Dunia Bergejolak

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
Jumat, 16/12/2022 09:25 WIB
Foto: AFP via Getty Images/SONNY TUMBELAKA

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa kondisi ekonomi global diwarnai oleh disrupsi pasokan yang telah menimbulkan kondisi yang sulit dalam proses pemulihan. Kondisi ini berimplikasi kepada peningkatan inflasi yang sangat cepat terhadap harga komoditas dan bahan bakar.

Di saat yang bersamaan, kebijakan normalisasi pasca pandemi diberlakukan sehingga meningkatkan permintaan yang kuat di tengah gangguan pasokan ini. Ia menyampaikan ini menjadi permasalahan yang buruk di banyak negara.

"Normalisasi dari permintaan karena pandemi Covid-19 yangg dikelola dengan baik di banyak negara di dunia ini dan permintaan yang kuat serta disrupsi di sisi pasokan itu menimbulkan inflasi yang sangat tajam di banyak negara bahkan mereka mengatakan inilah yang terburuk dalam 40 tahun terakhir," ungkapnya dalam acara peluncuran 'Indonesia Economic Prospect - December 2022 edition, Trade for Growth and Economic Transformation' di Jakarta, Kamis (15/12/2022).


Saat negara banyak menaikkan suku bunga di tengah inflasi yang tinggi, dia mengatakan Indonesia meresponnya dengan tidak hanya bergantung pada kebijakan moneter. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga melakukan upaya pengendalian inflasi terutama di sektor pangan di daerah.

Ia menyebut saat ini banyak negara tengah berhadapan dengan kondisi ekonomi global yang rumit. Tantangan yang dihadapi luar biasa, bukan hanya pandemi, namun juga perubahan iklim hingga pergeseran geopolitik. Untuk itu, kebijakan yang diambil tidak bisa hanya bergantung pada resep text book saja, namun juga bersifat pragmatis dan harus fleksibel, tapi tetap berdasarkan data.

"Jadi ini yang saya katakan sebagai salah satu contoh yang menghadapi kondisi yang sangat rumit, implikasi ekonomi global dan kita semua pun juga menghadapi tantangan yg luar biasa, ini bukan sebuah tantangan biasa, seperti pandemi, perubahan iklim, kemudian geopolitik semua kebijakan harus terbuka dan harus terus merespon tidak bisa hanya mengikut resep text book saja," ujarnya.

"Bukan berarti pragmatis juga tapi kita harus pastikan pragmatisme dan fleksibiltas itu juga harus dibuat berdasarkan bukti data sehingga bisa secara efektif menjawab tantangan yang kita hadapi dengan cara yang terstruktur dan fundamental," tambahnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan kondisi saat ini mirip dengan kondisi di tahun 1970-an. Dimana terjadi penyakit belanda yang di sisi perlu direspon dengan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

"Mirip-mirip tahun 1970-an 1980-an dengan kondisi saat ini sepertinya terlihat sama dimana adanya boom komoditas di saat bersamaan mengatasi dutch disease tadi dan juga mengatasi hal yang sangat penting untuk kualitas sumber daya manusia Indonesia," kata Sri Mulyani.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Covid-19 Kian Dianggap Biasa, Masyarakat Diminta Tetap Waspada