
Rupiah Kembali Kekar, BI Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara terkait dengan penguatan rupiah selama dua hari berturut-turut.
Bahkan, rupiah berhasil menutup perdagangan Rabu (14/12/2022) dengan gemilang. Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan pasar spot di Rp 15.595/US$, atau menguat 0,42%, menurut data Refinitiv.
BI mengakui beberapa waktu belakangan ini sentimen global secara umum mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Sempat diwarnai oleh meningkatnya sentimen risk on, akibat perkembangan data US khusus data inflasi yang agak melambat dan angkanya dibawah ekspektasi pelaku pasar, dan dampaknya secara umum investor asing di pasar SBN mengalami net inflow," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Edi Susianto, Rabu (14/12/2022).
Namun demikian, Edi mengingatkan bahwa pergerakan rupiah terkadang masih on and off terkait sentimen tersebut dan ini masih bersifat data dependent.
Adapun, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mencatat sepanjang November terjadi inflow di pasar sekunder obligasi sebesar Rp 23,7 triliun.
Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.
Adapun, per 9 Desember 2022, total inflow sudah sebesar Rp 19,3 triliun, berdasarkan data DJPPR. Alhasil, sejak November total inflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN)tercatat sekitar Rp 43 triliun.
Sepanjang tahun ini, investor asing menjual SBN secara masif menjadi salah satu penyebab jebloknya nilai tukar rupiah.
Namun dengan investor asing yang mulai memborong lagi SBN sejak November, capital outflow yang terjadi pada tahun ini terus terpangkas menjadi Rp 135 triliun.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan inflasi AS yang melandai menjadi kabar baik bagi pasar.
Indeks Harga Konsumen (IHK) per November 2022 yang berada di 7,1% secara tahunan (yoy). Angka ini turun dari bulan sebelumnya di 7,7% yoy. Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.
"Kemungkinan data inflasi ini akan direspon oleh kebijakan suku bunga acuan yang less agressive dibandingkan bulan-bulan sebelumnya," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Kertas Terbaru Lebih Canggih, Cek Tampilannya di Sini!