Harga LPG Subsidi 3 Kg Dijual Ketinggian, Pemda Kena Sentil!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan ada perbedaan harga yang jauh antara Harga Jual Eceran (HJE) dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi 3 kg di beberapa daerah.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengakui, memang ada perbedaan signifikan di beberapa wilayah yang menetapkan harga jual eceran LPG 3 kg terlalu tinggi.
Dia menyebut, berbedanya harga jual eceran dengan harga eceran tertinggi karena harga eceran tertinggi (HET) ini ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah berwenang untuk menetapkan harga eceran tertinggi LPG subsidi 3 kg, sehingga harga LPG subsidi di setiap daerah bisa berbeda-beda.
"Perbedaan HJE dan HET terlalu tinggi kita sudah punya, kok bisa jauh banget sih," ungkapnya saat ditemui di Gedung DPR RI, dikutip Selasa (13/12/2022).
Tutuka menyebutkan, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap perbedaan antara HJE yang ditentukan oleh pemerintah pusat dengan HET yang ditentukan oleh pemerintah daerah (Pemda).
"Kita evaluasinya gini, HJE kan ditentukan oleh kita, HET oleh Pemda, sikronisasi itu supaya sampai ke konsumen masyarakat harganya gak tinggi, kita dapat informasi beberapa tempat kan tinggi, kita upayakan supaya gak tinggi," tuturnya.
Tutuka menyebutkan, jika setelah dilakukan evaluasi, HET yang ditentukan masih berbeda jauh dengan HJE, maka Kementerian ESDM akan mengambil langkah lebih lanjut lagi untuk menindaklanjuti hal tersebut.
"Nggak sampai situ, tapi kita memberi masukan kepada Pemda terjadi itu. Nah kita evaluasi kalau dia nggak bisa baru kita langkah lagi," pungkasnya.
Tutuka menyebutkan terdapat lima daerah di Indonesia yang terindikasi menetapkan harga eceran tertinggi LPG 3 kg jauh berbeda dengan harga jual eceran yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Salah satunya yaitu terdapat di daerah luar Jawa yaitu Kota Waringin, Kalimantan Tengah.
"Sekarang nggak tahu ya, waktu itu tinggi karena kita waktu itu masih tinggi, yang tingginya itu di Kota Waringin," ungkapnya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil pantauan CNBC Indonesia, salah satu pemilik pangkalan LPG 3 kg di Tangerang Selatan bernama Sunarni mengakui HET LPG subsidi 3 kg per 1 Oktober 2022 lalu resmi naik menjadi Rp 19.000 per tabung dari sebelumnya Rp 16.000 per tabung.
"Yang 3 kg itu juga sudah penyesuaian harga dua kali. Sebelum naik, HET-nya Rp 16.000 itu dua bulan lalu, Agustus kalau nggak salah. Jadi yang HET Rp 19.000 ini baru sekarang, dulu belum resmi, sekarang sudah resmi, tanggal 1 Oktober ditentukan HET-nya segitu," ungkap Sunarni kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Meski HET LPG subsidi ini sudah ditetapkan Rp 19.000 per tabung, namun menurutnya masih ada penjual di tingkat eceran yang menjual hingga Rp 22.000 per tabung. Menurutnya, ini tak lain karena pengecer juga mengambil untung dari penjualan LPG ini.
"Kalau saya jualnya sesuai HET saja. Kalau di eceran jualnya Rp 21.000, Rp 22.000 kan wajar mereka mau untung juga. Kalau di agen itu biasanya gak tau ya sama atau nggak, karena kan beda-beda. Jadi yang diketahui ya paling HET aja, yang tertinggi di masyarakat," ujarnya.
Senada dengan Sunarni, pengecer LPG bernama Ayu membeberkan bahwa kini harga LPG 3 kg juga dijual di kisaran Rp 21.000 per tabung.
"Kalau yang kecil mah naiknya cuma Rp 1.000 kemarin, itu baru. Sekarang ke konsumen Rp 21.000, kemarin Rp 20.000. Rp 1.000-an naiknya kecil," terangnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mengumumkan hanya LPG non subsidi seperti tabung 5,5 kg dan 12 kg yang mengalami penyesuaian harga per 10 Juli 2022 lalu.
Adapun, untuk harga LPG non subsidi di agen per Juli 2022 di Pulau Jawa, berdasarkan data resmi Pertamina, telah mencapai Rp 213.000 per tabung untuk tabung LPG 12 kilo gram (kg) dan Rp 100.000 untuk tabung LPG 5,5 kg.
Namun di tingkat pengecer, harga jual LPG ke konsumen ternyata telah mencapai setidaknya Rp 220.000 - Rp 225.000 per tabung untuk LPG 12 kg dan Rp 110.000 untuk tabung 5,5 kg.
(wia)