Tak Disangka, 7 Perubahan di Rusia Usai Digempur Sanksi Barat
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perubahan mulai dirasakan di Rusia. Hal ini terjadi setelah negara-negara Barat menjatuhkan deretan sanksi dan embargo bagi negara itu setelah keputusannya menyerang Ukraina.
The Moscow Times melaporkan setidaknya ada tujuh hal yang cukup berubah di Negeri Beruang Putih pasca sanksi Barat ini. Berikut daftarnya, dikutip Senin (12/12/2022):
1. Mengubah resep permen
Kepala pabrik panganan manis di kota Perm di pegunungan Ural mengatakan pada bulan Oktober bahwa pabrik tersebut, salah satu yang terbesar di kawasan itu, terpaksa mengubah resep beberapa produknya setelah sanksi Barat menghentikan impor bahan-bahan utama.
"Ada bahan mentah yang secara objektif tidak bisa diproduksi di Rusia. Misalnya, biji kakao tidak tumbuh di sini," kata Boris Shvaytser dalam wawancara dengan kantor berita lokal 59.ru.
Selain mengubah resep, pabrik, menurut Shvaytser, juga terpaksa mencari peralatan baru setelah pemasok dari Italia, Jerman, dan Inggris menghentikan kerja sama.
2. Internet 'lemot'
Kecepatan internet seluler LTE di Rusia telah turun rata-rata 0,6 megabit per detik dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Hal ini didapatkan dari sebuah studi Maret yang dirilis oleh badan analitik informasi Rusia TelecomDaily.
Masalah kecepatan internet diperkirakan akan memburuk karena keluarnya raksasa telekomunikasi Eropa seperti Nokia dan Ericsson mempersulit modernisasi jaringan Rusia.
Beberapa operator seluler Rusia telah menggunakan kembali frekuensi yang digunakan untuk jaringan 3G untuk layanan seluler LTE, surat kabar pro-Kremlin Izvestia melaporkan bulan lalu. Namun, menurut para ahli, taktik tersebut sepertinya tidak akan menyelesaikan masalah ini dalam jangka panjang.
3. Krematorium ditutup
Krematorium pemenang penghargaan di kota barat daya Voronezh terpaksa ditutup bulan ini setelah satu-satunya ruang kremasi buatan Republik Ceko mengalami kerusakan.
Tidak jelas apakah lokasi itu akan dapat dibuka kembali karena oven yang rusak tidak dapat diganti karena larangan ekspor barang teknologi tinggi ke Rusia oleh Uni Eropa.
"Spesialis Rusia dan perwakilan dari penyedia peralatan kremasi Ceko, Tabo-CS, bekerja untuk memperbaiki oven tetapi tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan," menurut situs berita De Facto yang berbasis di Voronezh.
Menurut situs web-nya, peralatan kremasi Tabo-CS digunakan di puluhan kota lain di seluruh Rusia, termasuk St. Petersburg dan Novosibirsk.
4. Bus yang lebih sedikit
Operator transportasi lokal di 84 kota Rusia telah membatalkan sebanyak 200 rute bus dan bus listrik tahun ini. Salah satu alasan perubahan tersebut adalah gangguan terkait sanksi terhadap rantai pasokan yang, pada gilirannya, berdampak pada produsen kendaraan Rusia.
Pekerjaan di Pabrik Pembuatan Mobil Pengangkutan Tikhvin di wilayah Leningrad, misalnya, ditunda selama lebih dari dua bulan selama musim panas karena kehabisan bantalan bola buatan AS yang penting untuk proses pembuatan.
5. Digitalisasi paspor yang tertunda
Pihak berwenang Rusia telah mencari cara untuk mengganti sistem paspor internal negara dengan kartu identitas nasional digital setidaknya sejak 2013. Namun, proyek itu akan kembali tertunda karena sanksi Barat.
"Di antara alasan putar balik adalah karena Rusia tidak dapat memproduksi cukup chip dan plastik untuk membuat kartu," Forbes Rusia melaporkan pada bulan Juni.
6. Gedung kosong
Jumlah ruang kosong di gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan Rusia terus bertambah akibat keluarnya perusahaan asing besar.
"Pangsa ruang kosong di pusat perbelanjaan di ibu kota Moskow diperkirakan mencapai 17% pada akhir tahun," menurut data dari perusahaan konsultan real estate NF Group yang dilaporkan oleh harian bisnis Rusia Kommersant awal bulan ini.
"Dan 12% gedung perkantoran di Moskow akan kosong pada akhir tahun," tambah perwakilan perusahaan konsultan CORE.XP yang dikutip oleh Kommersant.
7. Pilot yang kurang pengalaman
Pilot maskapai di Rusia memiliki lebih sedikit pilihan untuk pelatihan setelah maskapai nasional Turki, Turkish Airlines, dilaporkan melarang pilot Rusia menggunakan perangkat pelatihan simulasi penerbangannya.
Larangan itu tampaknya diberlakukan karena ketakutan Turkish Airlines menjadi korban sanksi sekunder dari Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa.
"Keputusan Turki kemungkinan akan signifikan mengingat tidak semua jenis perangkat pelatihan simulasi penerbangan tersedia di Rusia atau negara mitra yang ramah," ramal para ahli yang disurvei awal tahun ini oleh The Insider.
(luc/luc)