Internasional

Update Perang Rusia-Ukraina: Putin Perang Nuklir-Minyak

Novina Putri Bestari & Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
10 December 2022 11:08
Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada para pegawai dan veteran Kementerian Dalam Negeri atas liburan profesional mereka, di Moskow pada 10 November 2022. (MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada para pegawai dan veteran Kementerian Dalam Negeri atas liburan profesional mereka, di Moskow pada 10 November 2022. (MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia Ukraina masih terus terjadi. Meski serangan sedikit mereda namun Presiden Rusia Vladimir Putin memberi sinyal baru.

Ini terkait kemungkinan digunakannya nuklir untuk membela diri Rusia. Hal ini dikatakannya pasca sejumlah serangan terjadi di dalam wilayah Kremlin.

Berikut update dikutip CNBC International dan AFP, Sabtu (10/12/2022).

Putin Blak-blakan soal Nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali muncul dengan pernyataan terbaru soal nuklir. Jumat, ia melontarkan bahwa Rusia, dapat secara resmi mengubah doktrinnya saat ini "tidak akan menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir dalam konflik" dan menyerang terlebih dulu.

Putin menyeret Amerika Serikat (AS) dalam pernyataan terbarunya itu, menyebut kebijakan Paman Sam soal "melucuti senjata musuh duluan" menjadi penyebab.

Berbicara kepada wartawan, Putin mengatakan Moskow sedang mempertimbangkan apakah akan mengadopsi apa yang dia sebut sebagai konsep serangan "pre-emptive Washington".

"Pertama-tama, AS memiliki konsep serangan pendahuluan. Kedua, AS sedang mengembangkan sistem serangan pelucutan senjata," kata Putin kepada wartawan di Kyrgyzstan, dikutip AFP.

Putin mengatakan Moskow pun mungkin perlu berpikir untuk mengadopsi ide-ide AS itu untuk memastikan keamanan mereka sendiri.

"Kami baru memikirkannya," tambahnya lagi.

"Jika musuh potensial percaya bahwa adalah mungkin untuk menggunakan konsep serangan pendahuluan, tetapi kami tidak melakukannya, maka hal ini membuat kami berpikir tentang ancaman yang ditimbulkan oleh ide-ide semacam itu kepada kami," tegasnya.

"Sistem hipersonik Rusia lebih modern dan bahkan lebih efisien daripada yang ada di AS," ujarnya lagi.

Ini merupakan warning Putin yang kedua soal nuklir. Sebelumnya, ia menegaskannya Rabu lalu.

Rishi Sunak Bertemu Zelensky

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak. Dalam pertemuan dengan timpalannya itu, ia mengoordinasikan posisi menjelang KTT G-7 terakhir tahun ini, yang akan menetapkan prioritas kelompok tersebut untuk tahun berikutnya.

"Kami sedang mempersiapkan sebanyak mungkin solusi yang dibutuhkan negara kami - untuk Ukraina dan untuk negara-negara G7," kata Zelenskyy dalam pidato malamnya.

Donbass Kritis

Dalam pidato yang sama, Zelensky juga mengabarkan bagaimana sulitnya perang di Ukraina Timur, Donbass. Menurutnya wilayah itu kritis.

"Untuk waktu yang lama, tidak ada tempat tinggal tersisa di tanah di daerah ini yang tidak rusak oleh peluru dan api," kata Zelenskyy.

"Para penjajah (Rusia) benar-benar menghancurkan Bakhmut, kota Donbas lain juga diubah oleh tentara Rusia menjadi reruntuhan yang terbakar," tambahnya.

Di sisi lain, temperatur yang turun semakin memperumit situasi bagi warga Ukraina. Mereka harus menghadapi pertempuran lanjutan dan serangan rudal di tengah musim dingin yang brutal dengan sistem energi yang sangat lemah karena gempuran Rusia.

Erdogan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy secara terpisah dalam beberapa hari mendatang. Ini untuk membahas konflik dan memperkuat kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang didukung PBB.

"Untuk menyelesaikan krisis ini, saya akan berbicara dengan Putin pada hari Minggu. Demikian juga, akan ada satu dengan Zelenskyy," kata Erdogan dalam sebuah forum di Istanbul.

Dia mengatakan bahwa ia bertujuan untuk memperkuat kesepakatan yang dia bantu moderasi selama musim panas kemarin,. Termasuk menagih Putin, untuk mengirim biji-bijian melalui koridor ini ke negara-negara dunia ketiga.

Ancaman Minyak

Sementara itu Putin mengancam akan memangkas produksi minyak. Ancaman ini terkait batasan harga yang ditetapkan oleh negara G7, Uni Eropa dan juga Australia.

Barat menetapkan harga minyak seaborn senilai US$60 (Rp 934.900) per barel. Sedangkan harga minyak mentah campuran Ural Rusia sekitar US$53 (Rp 825.800) dolar per barel.

Bukan hanya mengurangi produksi, Putin juga mengumumkan opsi tidak akan menjual minyak kepada negara yang menetapkan batasan harga untuk minyak Rusia.

"Saya telah mengatakan bahwa kami tidak akan menjual ke negara-negara yang membuat keputusan seperti itu," jelas Putin.

"Kami akan memikirkan, bahkan kemungkinan jika perlu...pengurangan produksi," tegasnya.

Untuk menjalankan keputusan tersebut, Putin menjanjikan akan merilis keputusan presiden. Aturan baru itu akan diumumkan pada beberapa hari ke depan.

"Kami sedang memikirkan hal ini. belum ada solusi. Dan langkah konkret akan dituangkan dalam keputusan presiden Rusia yang akan dirilis beberapa hari ke depan," jelasnya.

Putin mengecam keras keputusan batasan harga oleh Barat. Bahkan dia menyebut pengaturan harga tersebut sebagai proposal yang bodoh.

Menurutnya, pengaturan tersebut akan memiliki dampak. Yakni mulai dari lonjakan harga serta jatuhnya sektor energi secara global.

"Ini merupakan proposal yang bodoh,"kata Putin. "Disalahpahami dan dipikirkan dengan buruk," ujarnya.


(npb/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Perang Rusia-Ukraina: Zelensky Menggila, Putin Kritis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular