Beban Sri Mulyani Bakal Lebih Ringan di 2023, Kok Bisa?

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
09 December 2022 08:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat acara Mofest 2022 Jakarta. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat acara Mofest 2022 Jakarta. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 3,92% menjadi 2,8% dari produk domestik bruto (PDB).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan, dari outlook defisit APBN 2022 yang sebesar 3,92% dari PDB, berpeluang ke bawah 3%.

"(Defisit APBN 2022) bisa mengarah 2,8% atau lebih rendah lagi," jelas Febrio saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (8/12/2022).

Senada dengan perkiraan pemerintah, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga memproyeksikan defisit APBN 2022 lebih rendah, namun berada di kisaran 3%.

"Kemungkinan memang akan lebih rendah dari 3,9% dari PDB mungkin di kisaran 3% karena sampai Oktober masih rendah di 0.91% dari PDB," terangnya kepada CNBC Indonesia.

Menurut Faisal turunnya besaran defisit dari perkiraan dikarenakan tingginya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh pemerintah akibat kenaikan harga komoditas ekspor dan pemulihan ekonomi yang membaik. "PNPB dari ekspor komoditas juga masih tinggi dan ekonomi domestik masih cukup solid," tambahnya.

Menurutnya, menurunnya angka defisit dari perkiraan akan berdampak pada kondisi fiskal yang akan menjadi lebih sehat.

"Pertama tentunya akan mengecilkan kebutuhan financing kita yang artinya kondisi fiskal menjadi lebih sehat ke depannya. Lalu ada kemungkinan naiknya Saldo Anggaran Lebih (SAL), jadi di 2023 beban pembiayaan akan berkurang di tengah proses konsolidasi fiskal. Ini akan baik juga bagi pasar Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi kita," pungkasnya.

Berbeda dengan Faisal, Ekonom Indef Eko Listiyanto memperkirakan defisit APBN 2022 tidak terlalu jauh dari perkiraan awal, yakni di angka 3,75% disebabkan oleh belum optimalnya serapan anggaran tahun ini. "Kemungkinan di bawah 4% terhadap PDB, perkiraan ku 3,75% karena penyerapan anggaran tahun ini belum optimal," terangnya.

Menurutnya, dengan menurunnya angka defisit APBN 2022 dapat memberikan keuntungan berupa berkurangnya beban utang negara. "Untungnya pembiayaan dari penerbitan utang baru bisa ditekan, beban utang sedikit berkurang," jelasnya

Di sisi lain, menurutnya penurunan defisit APBN menunjukkan tidak maksimalnya serapan anggaran yang seharusnya bisa mendorong perekonomian. "Ruginya, belanja APBN menjadi kurang maksimal dalam mendorong perekonomian melalui multiplier effect realisasi anggaran APBN," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Indonesia Naik Lagi! Kini Tembus Rp 7.554 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular