PHE Mau IPO, DPR Menolak Sampai Wanti-Wanti Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina, untuk dapat melantai ke bursa saham melalui Initial Public Offering (IPO) rupanya mendapat penolakan keras dari sejumlah anggota Komisi VI DPR RI.
Hal tersebut diketahui dari pembahasan dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR bersama Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dan sejumlah Direksi BUMN pada Rabu (7/12/2022).
Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid menilai, alih-alih melepas saham anak usaha di sektor hulu migas, PT Pertamina (Persero) sebaiknya memilih anak usaha lainnya untuk IPO. Misalnya, PT Kilang Pertamina Internasional atau PT Pertamina International Shipping (PIS).
Namun, untuk IPO anak usaha strategis seperti PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina Patra Niaga menurutnya sebaiknya dipikir ulang.
"Upstream sama downstream jangan. Pertama adalah PHE tempat orang produksi minyak, tempat orang mencari produksi minyak. Yang kedua adalah Pertamina Patra Niaga tempat orang mendistribusikan minyak," tutur Nusron.
Penolakan juga datang dari Anggota Komisi VI DPR Doni Akbar. Menurut dia, rencana PHE untuk melakukan IPO tidak ada urgensi yang mendasar. Oleh sebab itu, ia berharap agar rencana IPO anak usaha Pertamina di sektor hulu migas dapat dikaji kembali.
"Secara pribadi belum terasa nyaman apa yang dilakukan PHE untuk IPO karena saya tidak melihat suatu urgensi yang harus dilakukan. Sehingga kalau tidak dilakukan IPO, PHE akan bubar atau jadi masalah tidak. Tidak melihat hal itu," kata dia.
Seperti diketahui, PHE berencana menawarkan saham perdana ke publik (IPO) sebesar 10%-15% di bursa saham Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI.
Dalam rangka persiapan menuju IPO yang ditargetkan berjalan pada 2023 ini, dia menyebut, PHE telah menyelesaikan laporan keuangan per Juni 2022 dan sertifikasi cadangan yang dimilikinya.
"PHE sudah melakukan registrasi dari OJK dan mulai melakukan market sounding dan jumlah demand dalam melakukan penawaran saham ke publik, PHE bisa menawarkan 10% sampai 15% sahamnya di pasar modal," ungkapnya saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (07/12/2022).
Pahala mengatakan, rencana IPO PHE ini dilakukan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan dalam rangka mengembangkan blok-blok migas, baik di Tanah Air maupun di luar negeri, seperti di Aljazair dan juga bermitra dengan perusahaan global terkemuka lainnya.
Dia menyebut, PHE akan mengeluarkan belanja modal (capital expenditure/ Capex) sebesar US$ 4 miliar - US$ 6 miliar atau sekitar Rp 60 triliun - Rp 90 triliun per tahun.
"Pelaksanaan IPO bisa juga akan meningkatkan diversifikasi pendanaan dari hanya bisa mendapatkan dari Holdingnya Pertamina dan ke depannya kami lihat total capex untuk bisa mengembangkan PHE US$ 4 sampai 6 miliar atau Rp 60 sampai 90 triliun. Ini pendanaan yang besar," paparnya.
Dia pun berharap dengan momentum tingginya harga minyak dan gas bumi saat ini bisa menjadi sentimen positif bagi pasar dalam merespons rencana IPO PHE ini.
"Ini kami harap momentum harga minyak dan gas bumi yang berada pada tingkat yang tinggi, dan mendorong sentimen yang positif dari energi pasar modal Indonesia, emiten yang melakukan kegiatan eksploitasi migas," ucapnya.
(wia)