Ajaib! Warga Lombok Ubah Lubang Tambang Jadi Desa Wisata

Suhendra, CNBC Indonesia
Kamis, 01/12/2022 08:12 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Suhendra

Jakarta, CNBC Indonesia - "Mau menangis rasanya saya!" 

Paman Raul mengenang kisah awal rintisan membangun sebuah kawasan eks galian tambang pasir yang sudah berbentuk kolam-kolam empang pemancingan yang tak berfungsi di Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah Lombok. Ia sempat diejek oleh orang-orang karena ia dan warga lain yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) membuat ide 'gila' mengubah itu semua menjadi kawasan yang bernilai tambah sebagai tempat wisata sejak 2010 lalu.

Ia yang bernama asli Pahrul Azim kini menjadi Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)  Desa Wisata Bilebante, kini buah perjuangan 10 tahun lebih ia dan para anggotanya sebanyak 150 orang sudah berbuah manis. Desa Bilebante kini dinarasikan sebagai desa wisata hijau, yang menyajikan berbagai destinasi wisata seperti Tour Sepeda, Kuliner Khas Bilebante (Ayam Merangkat ), Homestay Berbasis Rumah Warga, Kebon Herbal, SPA Kebugaran, Cooking Class, ATV Tour Bilebante, Pasar Pancingan, Sungai Larangan, dan Meeting Out Door.


Raul mengatakan, untuk mencapai tahap saat ini memang tak mudah, ia harus merangkul segenap warga dan aparat desa untuk menyamakan visi, bahwa desanya punya potensi. Ia harus menyewa ribuan meter lahan warga untuk mendukung lokasi destinasi wisata. Raul juga mengajak warga lain untuk berinvestasi menyediakan sepeda-sepeda untuk disewakan ke pengunjung, pendapatannya bisa dengan bagi hasil.

Namun, kata dia kunci dari pengembangan desa wisata adalah sumber daya manusia, terutama dalam manajemen pengelolaan wisata, keuangan, hingga soal marketing digital. Titik baliknya terjadi pada 2021, saat Desa Bilebante jadi pemenang kedua lomba desa wisata yang diselenggarakan oleh Bank BCA.

"Desa kami yang hanya sawah dan bekas tambang bisa menang, apa kuncinya? kami menawarkan pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan, di mana banyak warga yang dilibatkan," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (28/11/22).

Satu hal lagi yang menjadi krusial selain SDM adalah pengelolaan keuangan yang sangat perlu manajemen yang baik, agar tak terjadi perselisihan masalah pendapatan atau pemasukan dengan para anggota kelompok dan pihak desa. Persoalan permodalan, dilakukan secara swadaya bersama para anggotanya.

"Soal pendapatan, saat ada MotoGP tahun kemarin, 1 minggu kami pernah dapat Rp 200 juta, dari paket-paket wisata yang kami tawarkan," katanya.

Pembinaan dari BCA

Pada Senin 28 November 2022, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn, Senior Vice President Corporate Communication BCA Susanti Nurmalawati, dan Kepala KCU BCA Cakranegara Indrawanto Sahama mengunjungi Desa Wisata Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah Lombok.

Desa Wisata Bilebante merupakan desa binaan BCA yang memberdayakan 60 tenaga kerja yang berasal dari penduduk desa setempat dimana mayoritas merupakan tenaga kerja wanita dan pemuda.

Foto: CNBC Indonesia/ Suhendra
BCA

Desa wisata Bilebante tengah menjadi daya tarik destinasi baru di mata wisatawan domestik maupun asing, setelah berhasil keluar sebagai juara kedua untuk Kategori Alam dalam BCA Desa Wisata Award pada akhir tahun lalu. Desa tersebut memiliki keunikan dan keunggulan dari sisi alam.

Selain itu, desa ini menawarkan sekitar 17 kuliner produk UMKM yang terdiri dari ayam merangkat, bakso rumput laut, aneka olahan keripik, plecing, dan sebagainya. Seperti diketahui, pendapatan rata-rata UMKM wanita di Desa Wisata Bilebante tercatat sebesar Rp 4 juta per bulan sehingga mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat desa setempat.

Hera mengungkapkan, dukungan perseroan terhadap pengembangan potensi pariwisata melalui destinasi desa wisata di Tanah Air terus berlanjut dalam berbagai kegiatan pendampingan. Seperti di Desa Wisata Bilebante, BCA menghadirkan berbagai pelatihan yang relevan dengan kebutuhan komunitas lokal yang mengelola desa wisata tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka memastikan desa-desa wisata yang sudah terekspos terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas menjadi destinasi yang terus dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi komunitas dan daerah setempat secara berkelanjutan.

"Kami menyaksikan langsung dampak dari dukungan yang diberikan perseroan kepada desa wisata di Bilebante. Sama halnya dengan 12 desa binaan BCA lainnya, dampak langsung dari pendampingan yang kami berikan adalah menjamin pengelolaan desa wisata yang mampu berdaya saing dan sustain," ujar Hera.

Ketua UMKM Bilebante Zaenab mengatakan, cikal bakal awal desa wisata Bilebante justru dari kemunculan para ibu-ibu yang mengembangkan produk UMKM. Ibu-ibu Bilebante awalnya tak produktif, biasanya mereka hanya menjadi ibu rumah tangga saja saat suaminya merantau menjadi pekerja migran ke luar negeri.

"Bilebante dulunya desa tambang, saya dianggap gila, saat mengajak ibu-bu memproduksi aneka makanan,"kata Zaenab.

Foto: CNBC Indonesia/ Suhendra
BCA

Sementara itu Kepala Desa Bilebante Rakyatuliwauddin mengatakan pihak desa sifatnya mendukung Pokdarwis dan ibu-ibu yang tergabung dalam pelaku usaha UMKM. Ia juga mengatakan semua yang dilakukan merupakan swadaya masyarakat tanpa ada campur tangan dana desa. Ia pun tak mengejar pemasukan pendapatan asli desa dari keberadaan desa wisata ini karena semua masih berproses untuk berkembang.

"Memang ada pemasukan untuk desa Rp 5 juta per tahun, tapi kita fokus dulu agar desa wisata ini berkembang," katanya.

Ia juga menegaskan bila ada yang punya inisiatif membangun desa wisata sebaiknya segera dilakukan, karena soal status desa wisata nantinya akan menyusul dari pihak bupati. Selain itu, pengembangan narasi di sebuah marketing desa wisata sangat penting, agar menarik tamu untuk berkunjung.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini