Ramalan Ekonomi RI Terbaru: Situasi AS Jadi Ancaman!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
29 November 2022 12:45
Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan dalam acara
Foto: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan dalam acara

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Keuangan Suahasi Nazara menekankan, pemerintah masih terus optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2023 sebesar 5,3%. Sesuai dengan proyeksi yang tercantum dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

Suahasil menekankan, proyeksi itu akan terus dijaga karena saat mendesain APBN 2023, kondisi yang mempengaruhi adalah pada September 2022, maka masa-masa setelah itu masih dalam tahap meraba-raba sehingga proyeksinya pertumbuhan ekonomi 5,3% pada tahun depan meskipun kini tekanan pelemahan ekonomi global terus berlanjut.

Namun, dalam menjalankan APBN 2023, akan betul-betul dimulai pada Januari 2023. Maka, pada bawal bulan tahun depan pemerintah baru akan mulai melaksanakan berbagai macam penyesuaian pelaksanaannya dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang terjadi sampai akhir tahun ini.

"Saat kita mikir di September 2022 itu 5,3%, tapi ketika kita melaksanakan, kita harus aware ke seluruh gerak ekonominya. Maka APBN kita desain 5,3%, pelaksanaannya kita perhatikan mulai Januari," ujar Suahasil di Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Angka 5,3% tahun depan ini pun kata dia tidak mungkin tidak bisa terealisasi meski ekonomi global terus melambat, bahkan beberapa negara berpotensi resesi. Sebab, Suahasil menganggap, pemulihan ekonomi Indonesia tercatat masih terus berjalan hingga saat ini dengan pertumbuhan ekonomi global yang mampu ke level 5,72% pada kuartal III-2022.

"Jadi optimis, waspada, dua ini menjadi payung gerak kita di 2023. Optimis karena pemulihan jalan, kegiatan ekonomi jalan, tapi kita waspada terhadap variabel-variabel harga yang berubah sangat cepat di dunia internasional," tuturnya.

Meski optimis, ia memastikan, hingga saat ini pemerintah terus mencermati berbagai macam faktor yang akan terus menekankan perekonomian global, termasuk agresifnya bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang menaikkan suku bunga acuannya, hingga menjadi semakin ketatnya likuiditas perekonomian.

"Kita sangat-sangat aware dengan kondisi ekonomi dunia, pengetatan likuiditas di AS, naiknya suku bunga beberapa kali. Maka, kita perhatikan ngomong apa dewan gubernur The Fed tersebut, ketika kita terjemahkan ke dalam negeri maka ada ruang-ruang yang perlu kita waspadai, tapi APBN akan terus menjadi shock absorber," kata Suahasil.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baca Baik-baik! Begini Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular